Adab Digital Indonesia Rendah, Generasi Muda Harus Lawan Hoax dan Ujaran Kebencian

Kemenko PMK Ajak Aksi Santun Bermedia Sosial Untuk Wujudkan Indonesia Bersatu

​​​​
KUPANG (09/09/2023) - Sebagai salah satu negara dengan pengguna media sosial (medsos) terbesar di dunia yang diperkirakan mencapai 167 juta orang, masyarakat Indonesia belum menunjukkan etika yang baik dalam memanfaatkan media sosial.  Ujaran kebencian dan hoax masih mewarnai isi konten yang beredar di dunia maya. Perlu aksi nyata dan langkah konkret untuk mendorong pemanfaatan media sosial secara santun dan sehat.

“Adab digital kita ini sangat rendah. Teman-teman kaum muda bisa membantu mendongkraknya dengan membagi konten yang mengedukasi dan santun. Upaya ini sederhana, namun dengan semakin banyak dari kita share konten yang sehat, semoga akan merubah algoritma ruang media sosial juga sehat. Tak hanya itu, bisa mendorong orang lain untuk bergaya hidup yang lebih baik juga misal lebih toleran, membantu sesama, membagi konten positif, “ jelas Holy Gloria Sijabat, Perencana Ahli Muda, Kedeputian Bidang Koordinasi Revolusi Mental, Pemajuan Kebudayaan, dan Prestasi Olahraga Kemenko PMK saat memberi materi dalam diskusi kebangsaan bersama Komunitas Interfaith Nusa Tenggara Timur, Sabtu(09/09/2023). 

Dalam kesempatan itu, Holy mengajak anak muda lintas iman yang hadir dalam diskusi untuk turut aktif mengkampanyekan Aksi Nyata Gerakan Indonesia Bersatu dengan berbagai cara. Salah satunya dengan mendukung Gerakan Santun dan Tertib Bermedia Sosial, misalnya lewat aksi saring sebelum sharing. Melalui aksi itu, diyakini dapat mengurangi hoaks, ujaran kebencian,  dan politik identitas/SARA. 

"Pastikan kita memeriksa kembali isi dan motivasi terselubung dari sebuah konten. Lalu pertajam kemampuan mengolah, memahami, membaca, menulis informasi serta pilihan bahasa dengan sikap dan kematangan berdemokrasi. Oleh karenanya dibutuhkan peningkatan literasi digital," jelas Holy.

Literasi politik dan algoritma ruang media yang sehat dan demokratis sudah selayaknya diupayakan dan diciptakan menghadapi tahun politik 2024. Aksi-aksi nyata untuk mendukung persatuan dan kesatuan bangsa layak digaungkan dengan antusias menyambut pesta demokrasi 2024. Aksi Nyata itu adalah wujud nyata internalisasi nilai-nilai dari Gerakan Nasional Revolusi Mental (GNRM).

Peningkatan skill digital dapat dilakukan melalui workshop-workshop. Skill digital juga sekaligus membangun etika bermedia sosial. Nantinya, jika semua orang semangat membuat konten yang baik, maka algoritma yang sehat diharapkan tercipta. Maka,  banjiri publikasi konten edukatif dan positif pengamalan nilai-nilai Pancasila di media sosial. 

Jelang pemilu 2024, imbuh Holy, aksi nyata edukasi seperti sosialisasi kegiatan dan tahapan Pemilu kepada masyarakat khususnya generasi muda sangat penting. Pelaksanaan kegiatan-kegiatan sosialiasi misalnya dengan memanfaatkan Perayaan Hari Besar di Indonesia dengan mengambil tema kampanye Pemilu damai untuk persatuan bangsa. 

“Sosialisasi ini sangat penting untuk pembangunan ruang mentalitas baik selama pemilu. Penguatan Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB), forum Pembauran Kebangsaan (FPK), dan Forum Kewaspadaan Dini ( FKD) untuk mencegah dan menangani konflik bernuansa SARA menjelang dan saat pelaksanaan Pemilu,” ujar Holy seraya memberikan motivasi untuk tak lelah memberikan edukasi dan menjadi teladan berani untuk berubah menjadi lebih baik.

Selain forum diskusi, acara dimulai dengan penanaman pohon dan dilanjutkan dengan roundtable diskusi antar pemuda lintas iman. Setelah diskusi kegiatan dilanjutkan dengan workshop konten kreatif bersama Sony Ambu dari Dampak Kreatif Indonesia. Kegiatan ditutup dengan kuis dan hadiah bagi hasil konten terfavorit.

Kegiatan dihadiri oleh PGI pusat, PGI Wilayah NTT, Kemenko PMK, dan Sinode GMIT sebagai tuan rumah. Kegiatan dihadiri 80 pemuda lintas iman seperti remaja mesjid, pemuda Katholik, dan pemuda Kristen.

Kontributor Foto:
Reporter: