Gerakan Nyata Revolusi Mental Melawan Pandemi

Gerakan Nasional Revolusi Mental (GNRM) yang digaungkan pemerintah melalui intruksi presiden terus dibumikan. GNRM semakin dibutuhkan, melihat tantang­an bangsa yang dihadapi saat ini.  GNRM mengandung nilai integritas, etos kerja, dan gotong royong yang berbasiskan Pancasila. “Kita sebagai bangsa harus terus tumbuh sebagai negara maju, modern, bermartabat dan sejahtera,” tegas Menteri Koordinator Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) Muhadjir Effendy saat memberikan kuliah umum  Revolusi Mental di Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara (UMSU), Medan, Sumatera Utara.

Semangat gotong royong harus selalu diutamakan dalam menghadapi problem kebangsaan, termasuk dalam mengatasi pandemi Covid-19 yang dialami seluruh dunia. Tiap anak bangsa mesti memiliki sifat saling tolong menolong, saling menghargai, dan bekerja secara kolektif. Selanjutnya, tambah Muhadjir, integritas seperti kejujuran, tanggung jawab dan menjadi seseorang yang dapat dipercaya  tidak kalah pentingnya dimiliki tiap orang. Termasuk etos kerja yang mengandung perilaku mandiri.  "Memiliki daya juang, daya saing dan inovasi,” jelasnya lagi.  "Jadi kesimpulannya, GNRM ini adalah suatu gerakan untuk berubah. Perubahan yang bersifat revolusioner. Cepat dan massif," sambung Muhadjir. Di masa Pandemi Covid-19, GNRM semakin relevan, perilaku masyarakat luas mau tak mau harus dirombak,  masyarakat dipaksa untuk secara cepat beradaptasi dengan keadaan. Pandemi mengubah perilaku hampir di semua sektor. Tak terkecuali pendidikan, siswa harus beradaptasi dengan teknologi digital agar pembelajaran tetap berlangsung, pelayanan publik juga harus berbasis teknologi. Begitu juga dengan kemandirian dalam berusaha, tak sedikit palaku usaha putar stir dengan memanfaatkan teknologi dalam memasarkan produknya agar tetap bertahan.

Bukti GNRM bisa mengatasi pandemi, saat ini masyarakat Indonesia mulai berdam­pingan dengan Covid-19, segera merubah status ‘Pandemi’ menjadi “Endemi’. Gerakan vaksinasi yang awalnya tak mudah diterima masyarakat, kini dengan ge­rakan bergotong royong, masyarakat berbondong-bondong untuk divaksin sebagai bentuk ikhtiar mengentaskan Covid-19.

GNRM Dicanangkan Presiden Soekarno, Digeber Jokowi

Revolusi Mental merupakan gerakan yang semula dicanangkan oleh Presiden Soekarno pada tahun 1957. Bung Karno membuat gerakan tersebut dalam upaya mempercepat perubahan yang terjadi di Indonesia agar lekas mencapai cita-cita bangsa sesuai yg diamanatkan oleh Undang-Undang Dasar 1945. Pada Era pemerintahan Presiden Jokowi, Revolusi Mental menjadi sebuah Gerak­an Nasional dengan diterbitkannya Inpres No.12 Tahun 2016 dan Kemenko PMK-lah yang diamanahkan sebagai koordinatornya.

Sejauh ini, gerakan ini sudah dapat dinikmati masyarakat luas dan pengaruhnya bisa dikatakan signifikan.  Dalam soal pendidikan misalnya, pemerintah fokus pada penumbuhan budi pekerti, dan pendidikan karakter peserta didik. Diketahui, dalam revolusi mental terdiri dari lima gerakan, yaitu Gerakan Indonesia Melayani, Gerakan Indonesia Bersih, Gerakan Indonesia Tertib, Gerakan Indonesia Mandiri, dan Gerakan Indonesia Bersatu.

Didukung Berbagai Kalangan, GNRM Terus Membumi

Gerakan Nasional Revolusi Mental (GNRM) di bawah koordinasi Menteri Koordinator Pembangunan Manusia dan Kebudyaan (PMK) Muhadjir Effendy terus membumi. Ge­rakan ini mendapat respons positif dari berbagai tokoh dan akademisi.

Sekretaris Jenderal Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), Helmy Faishal Zaini, mengapresiasi dan mendukung GNRM melalui partisipasi masyarakat. Dia pun mendorong gerakan ini berorientasi kepada penguatan nilai luhur budaya bangsa. "Yakni tepaselira, gotong ro­yong, saling menghormati dan membangun jati diri bangsa,” kata Helmy.

Sekretaris Umum PP Muhammadiyah Abdul Mu'ti mengatakan GNRM merupakan program yang strategis dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa dan mewujudkan cita-cita Indonesia sebagai bangsa yang maju sebab faktor mental sangat penting dalam membangun karakter bangsa. Karena itu sangat tepat ketika pemerintah menjadikan Revolusi Mental sebagai gerak­an nasional.  “Selama beberapa tahun, Muhammadiyah bersama de­ngan Kementerian PMK bekerja sama dalam gerakan nasional Revolusi Mental. Program Revolusi Mental sangat bermanfaat dalam membangun kehidupan sosial yang rukun, tolong menolong, gotong royong dan sikap positif serta kesetiaan terhadap Pancasila, UUD 1945, Bhi­nneka Tunggal Ika dan Negara Kesatuan Republik Indonesia,” tandas Mu'ti.

Sementara itu, Ketua Forum Rektor Indonesia (FRI), Panut Mulyono mengatakan Gerakan Nasional Revolusi Mental melalui partisipasi masyarakat 2020-2024 untuk membawa Indonesia ke arah yang lebih baik. Dari gerak­an ini, dia berharap akan tumbuh insan-insan Indonesia yang memiliki sifat melayani, bersih dan jujur, tertib, mandiri, dan selalu menjaga persatuan bangsa. "Hal ini sebenarnya merupakan karakter dan jati diri bangsa Indonesia," ungkap Panut, yang juga Rektor Universitas Gadjah Mada (UGM).

Ketua Umum Pengurus Besar Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) Unifah Rosyidi menambahkan dalam dunia pendidikan, gerakan ini menjadi ruh pendidikan karakter yang harus ditanamkan, dibiasakan dan dilaksanakan dalam kehidupan sekolah melalui kegiatan kurikuler, ko kurikuler dan intra kurikuler. “Gerakan Revolusi Mental adalah nafas dalam pendidikan sehingga harus menjadi gerakan bersama lintas kementerian terutama Kementerian Pendidikan Kebudayaan Riset dan Teknologi (Kemendikbudristek) yang pelaksanaannya dikoordinasikan oleh Kemenko PMK,” tegasnya.

Semangat Sumpah Pemuda = Semangat Revolusi Mental

Ketua Umum Presidium Pusat Himpunan Mahasiswa Buddhis Indonesia (Hikmahbudhi), Wiryawan Gerakan Nasion Revolusi Mental merupakan upaya yang bagus yang digaungkan oleh Negara. Tetapi penting juga negara (birokrasi) memberi contoh kepada masyarakat dalam upaya mempraktikkan Revolusi mental tersebut.  "Jika negara memberi contoh yang baik saya rasa rakyat juga akan me­ngikuti," tegas dia.

Momentum Sumpah Pemuda, lanjut dia,  adalah momentum merefleksikan bagaimana dahulu para pemuda 93 tahun yang lalu bersumpah untuk ber-tumpah darah, berbangsa, dan berbahasa satu. "Momentum ini tentunya untuk menguatkan persa­tuan Indonesia, terkhusus kaum muda, jika pemuda bersatu dan kuat Indonesia juga akan kuat. Dan itu sejalan dengan nilai-nilai yang terkandung dalam Revolusi Mental," imbuh dia.

Senada, Ketua Umum PP GMKI Jefri Gultom menambahkan, di era teknologi digital, bukan soal siapa yang besar dan siapa yang kecil. Namun siapa yang lihai beradaptasi dengan perubahan zaman. "Momentum Sumpah Pemuda 2021 ini bersamaan dengan semangat pemerintah yang sedang menginisiasi GNRM. Pemerintah harus memiliki komitmen melibatkan kaum muda berpartisipasi, memberikan ruang kreativitas dan inovasi. Kasih mereka kesempatan untuk belajar sekaligus memimpin mendukung keterlibatan mereka dalam berbagai momentum kebangsaan," terang dia.

Sebab pemuda bukan hanya soal masa depan bangsa tetapi masa kini juga. Era teknologi dan revolusi industri 4.0 ini peran kontekstual pemuda sudah sangat jadi dominan disemua lini. Signifikansi dan relevansinya harus terus dipupuk sebagaimana Sumpah Pemuda yang para pemikir muda revolusioner sebagai inisiator utama dalam menuliskan sejarah bangsa hingga kini.

“Antara Sumpah Pemuda dan GNRM harus jadi siasat kebudayaan untuk berefleksi pada sejarah sembari bergerak maju dengan inspirasi gerak zaman secara kontekstual. Pada konteks yang lebih dalam, keduanya mengajak kita khususnya kaum muda untuk sadar dan terlibat dalam membingkai siasat intelektual untuk berkolaborasi membangun masa depan bangsa yang bermartabat,” tegas dia.

Di era millenium ke-3 ini, kunci kemajuan bukan soal siapa yang besar atau kecil, melainkan yang cepat beradaptasi yang menentukan. “Sumpah Pemuda memberi pijakan sakral kebudayaan yang harus diwujudkan melalui semangat kolaborasi Gerakan Nasional Revolusi Mental untuk bertumbuh,” tandasnya.

Untuk diketahui, tiap tahunnya GNRM memiliki tema masing masing sesuai konteks. Untuk 2021 dengan konteks Pandemi pemerintah fokus nilai pada ‘Gotong Royong’ dengan mengkampanyekan “Bersama Merajut Negeri Hadapi Pandemi. Untuk 2022, dengan konteks ‘Bangkit Pasca Pandemi’ dengan fokus nilai ‘Etos Kerja’ mengampanyekan “Teguhkan Tekad, Bangkit demi Negeri”. Untuk  2023, dengan konteks ‘Pesta Demokrasi’ dengan fokus nilai ‘Integritas’, mengampanyekan “Jaga Integritas Diri untuk Satukan Negeri”. Sementara pada 2024 mendatang, dengan konteks ‘Keberlanjutan’, de­ngan fokus nilai ‘Etos Kerja, Integritas dan Gotong Ro­yong’, mengampanyekan “Lestarikan Budaya Bangsa, Teguhkan Bhinneka Tunggal Ika”. ***

Kontributor Foto: