KEMENKO PMK — Kemenko PMK menggelar Rapat Koordinasi Pembahasan Interoperabilitas Data Stunting untuk menyatukan berbagai sumber data stunting yang tersebar di berbagai kementerian/lembaga agar dapat digunakan secara terpadu dalam pengambilan kebijakan di Kantor Kemenko PMK, pada Selasa (26/11/2024).
Asisten Deputi Ketahanan Gizi dan Promosi Kesehatan Jelsi Natalia Marampa, dalam sambutannya menyoroti tantangan utama terkait pengelolaan data stunting di Indonesia. Ia menjelaskan bahwa banyaknya sumber data stunting justru menjadi tantangan besar dalam pengambilan keputusan.
“Permasalahan data ini menjadi hal yang perlu kita diskusikan secara mendalam. Bukan karena tidak ada data, tetapi justru karena banyaknya data yang berasal dari berbagai sumber, dengan format dan ketersediaan yang berbeda-beda,” ujarnya.
Jelsi juga mengungkapkan bahwa data stunting saat ini tersebar di sejumlah kementerian/lembaga, termasuk EPPGM (Kemenkes), data PK23/PK24 (BKKBN), EHDW (Kemendes PDTT), serta dashboard lainnya. Namun, belum ada sistem terpadu yang memungkinkan data-data tersebut diakses dan digunakan bersama.
“Kita berharap adanya satu data yang dapat digunakan oleh semua kementerian/lembaga sebagai acuan bersama. Data ini sangat penting untuk perencanaan, penganggaran, dan pengambilan kebijakan, termasuk untuk menentukan intervensi seperti penyediaan air minum dan sanitasi,” tambahnya.
Dalam rapat tersebut, Jelsi juga menyampaikan arahan Menko PMK untuk segera mengembangkan sebuah tools komprehensif berbasis geografis yang mampu memberikan gambaran detail mengenai kondisi di tingkat desa atau kelurahan. Tools ini diharapkan dapat mempermudah proses pemantauan dan evaluasi program penurunan stunting.
Jelsi mencontohkan keberhasilan pengelolaan data kemiskinan ekstrem melalui Data Pensasaran Percepatan Penghapusan Kemiskinan Ekstrem (P3KE), yang kini menjadi acuan bersama lintas kementerian/lembaga.
“Kita berharap pengelolaan data stunting dapat meniru keberhasilan P3KE, sehingga data dapat dimanfaatkan untuk modeling kebijakan dan percepatan program di lapangan,” tutup Jelsi.
Melalui rapat koordinasi ini, diharapkan ada langkah nyata untuk menyatukan data stunting dari berbagai sumber, meningkatkan kualitas pengumpulan data di lapangan, dan memaksimalkan pemanfaatannya untuk evaluasi serta intervensi yang lebih efektif.