Mahasiswa Harus Siap Hadapi Era Disrupsi

KEMENKO PMK - Staf khusus Kementerian Koordinator bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Kemenko PMK) Prof. Ravik menyebutkan era disrupsi tidak bisa dihindari. Oleh karena itu, para mahasiswa harus mampu mempersiapkan untuk menghadapi era disrupsi.

Hal tersebut diungkapkannya saat menjadi narasumber pada The International Conference on Educational Psychology and Behaviour Studies (IcoEP-BS) Tahun 2022 secara virtual, Rabu (26/10).

"Upaya untuk menghadapi era disrupsi adalah dengan meningkatkan kualitas sumber daya manusia, transformasi digital, dan tidak berhenti untuk berinovasi," kata Ravik disela-sela sambutannya.

Era disrupsi merupakan masa terjadinya inovasi dan perubahan secara massif. Masifnya inovasi itulah yang bisa mengubah berbagai sistem dari pola lama ke baru.

Menurutny, mahasiswa bisa turut berkontribusi seminimal mungkin dengan cara beradaptasi dengan segala perubahan.

"Mahasiswa tidak bisa menolak era disrupsi ini. Kita tidak bisa lagi seperti dulu. Semua harus bertransformasi dan harus siap menghadapi era disrupsi ini," tuturnya.

Saat ini, Indonesia juga telah memasuki era bonus demografi. Tercatat, angkatan kerja Indonesia mencapai 144 juta jiwa.

“Saat ini Indonesia sedang berada di puncak demografi tersebut. Untuk memanen demografi, kita harus membekali SDM kita semua dengan berbagai kompetensi,” ungkap Ravik.

Dalam hal ini perguruan tinggi memiliki peran peting dalam membangun SDM. Tatanan utama bangsa Indonesia saat ini adalah bagaimana beradaptasi terharap globalisasi 4.0 dan akan disusul dengan era 5.0. Oleh karena itu, pemanfaatan teknologi harus dilakukan dengan bijak. 

SDM kita saat ini akan mengahadapi persaingan dunia digital yang luar biasa, maka dari itu dibutuhkan revitalisasi dan penguatan karakter agar mampu beradaptasi dengan digitalisasi.

“Lebih dari itu, maka SDM unggul harus menguasai literasi baru. Selain membaca tentu juga literasi teknologi dan digital dan data. Termasuk pendalaman praktek agama,” jelasnya.

Terakhir, perubahan cara berpikir, bekerja, melalui tiga proses nilai utama juga harus dilakukan. Diantaranya etos kerja, gotong royong, dan integritas.

Reporter: