Tangerang Selatan (30/1) -- Indonesia masih memiliki masalah di sektor ekonomi. Daya saing produksi nasional berbasis riset dan inovasi masih belum optimal. Hal tersebut disampaikan oleh Presiden Republik Indonesia Joko Widodo dalam pembukaan Rapat Koordinasi Nasional (Rakornas) Kementerian Riset dan Teknologi/Badan Riset dan Inovasi Nasional (Kemenristek/BRIN) tahun 2020 di Gedung Graha Widya Bhakti, Puspiptek, Tangerang Selatan, Banten, Kamis (30/1).
Menurut Presiden sampai hari ini sektor ekonomi khususnya di sektor energi masih defisit di neraca perdagangan. Hal tersebut dikarenakan Indonesia selama ini masih mengesampingkan riset.
Presiden Joko Widodo memisalkan Negara Brazil. Negara Brazil yang sama-sama merupakan negara berkembang menurutnya sudah sejak lama berhasil memanfaatkan riset dan inovasi di bidang energi. Terbukti, Brazil sudah sejak lama menerapkan minyak sawit menjadi bahan bakar. Padahal menurutnya Indonesia memiliki sumber daya yang lebih mumpuni.
"Saya tidak mau kalah. Kita punya potensi buah sawit atau CPO jutaan kilo liter. 3 juta hektar produksi 64 juta ton per tahun. Dan alhamdullilah sanggup B20 dan tahun ini masuk B30. Dan nanti menuju B40 ke B50 naik-naik menuju B100," kata Presiden Joko Widodo.
Menurut Presiden menyamai ataupun melampaui negara Brazil hingga menuju bahan bakar minyak sawit bertaraf B100 bukanlah suatu hal yang mustahil. Apalagi menurutnya Indonesia memiliki banyak pakar dan ahli yang tersebar di Universitas maupun di swasta. Salah satunya adalah akademisi Institut Teknologi Bogor (ITB) Prof. Subagyo. Presiden memuji riset dari Subagyo yang mampu membuat katalis yang mengubah minyak sawit menjadi bahan bakar.
Upaya anak bangsa seperti ini kata Presiden harus terus didukung penuh dan tidak boleh dihambat. Menurut Presiden, BUMN dan swasta juga harus berperan besar dalam memberikan investasi dana riset ataupun berperan dalam pengembangan industri katalis.
Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) Muhadjir Effendy yang turut hadir mendampingi Presiden Joko Widodo menyampaikan pengembangan IPTEK merupakan kunci dari terwujudnya Sumber Daya Manusia (SDM) yang unggul sesuai dengan visi dan misi pembangunan manusia dari Presiden. Muhadjir mengatakan pemerintah akan mengajak swasta ataupun pihak industri untuk memajukan SDM dengan menyisihkan dana untuk pengembangan riset serta melatih SDM untuk riset.
"Karena tidak mungkin kita membangun SDM tanpa IPTEK," katanya.
Untuk memajukan riset di bidang energi ataupun dibidang lainnya selain bantuan finansial, menurut Muhadjir pemerintah perlu memantau dan mendukung proyek riset-riset yang dilakukan anak bangsa agar bisa diaplikasikan dan bermanfaat untuk khalayak.
"Sudah banyak sekali hasil riset kita yang sudah layak untuk diaplikasikan, tetapi dukungan untuk mengaplikasikannya masih lemah. Karena itu tadi Presiden memberi amanah supaya mendorong untuk hasil riset kita (anak bangsa) untuk bisa diaplikasikan," kata Muhadjir.
Berkesinambungan dengan Menko PMK, Menristek/BRIN Bambang Brodjonegoro mengatakan pembangunan SDM juga menjadi aspek yang perlu difokuskan dalam mengembangkan riset dan inovasi bangsa.
"Dalam konteks pembangunan SDM, BRIN akan membangun SDM yang tidak hanya pekerja keras tapi produktif, dinamis menguasai IPTEK didukung dengan kerja sama industri dan beralenta global," ujar Bambang.