KEMENKO PMK -- Deputi Bidang Koordinasi Revolusi Mental, Pemajuan Budaya, dan Prestasi Olahraga Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Kemenko PMK) Didik Suhardi menegaskan, penanaman dan pembinaan karakter harus dilakukan sejak dini.
Didik mengatakan, salah satu contoh best practice dan wujud penerapan revolusi mental adalah di institusi madrasah dan pondok pesantren di lingkungan Nahdlatul Ulama (NU).
Menurutnya, di pondok pesantren telah dilakukan penanaman karakter sejak dini kepada para santri.
Hal itu disampaikannya saat membuka kegiatan Workshop Pemimpin Agama Pelopor dan Penggerak Gerakan Nasional Revolusi Mengal Melalui Madrasah Kader Nahdlatul Ulama (MKNU) secara daring, pada Jumat (15/10).
"Dari mulai madrasah di lingkungan NU saya kira sudah diajarkan, kemandirian, toleransi, dan hal-hal untuk membekali dirinya yang akan dipakai dalam kehidupan di masyarakat," ujar Didik.
Lebih lanjut, Deputi Didik memaparkan, di pondok pesantren, para santri juga telah diajarkan disiplin, menata waktu, mandiri, yang membentuk karakter etos kerja, gotong royong, dan integritas.
"Gotong royong di pondok pesantren itu luar biasa. Etos kerja dan kemandiriannya juga. Saya kira itulah proses-proses yang ditanamkan sejak dini untuk menyongsong masa depan," paparnya.
Setelah mendapatkan pembinaan karakter sejak dini di pondok pesantren, menurut Didik, langkah selanjutnya adalah implementasi karakter dalam kehidupan bermasyarakat.
Didik menerangkan, proses-proses yang telah dilakukan sejak dini tersebut akan menyongsong keberhasilan dan akan menentukan Indonesia menjadi negara besar dan mempersiapkan Indonesia 2045.
"Penanaman karakter sejak dini akan berhasil membawa menuju 'demographic advantage' pada tahun 2030 dan membawa Generasi Indonesia Emas 2045. Produktivitas SDM kita akan baik. Diukur dari kinerja yang baik integritas baik, etos kerja, gotong royong yang merupakan bagian dari revolusi mental," pungkas Didik Suhardi. (*)