Diskusi Tim Ahli Gugus Tugas Nasional GNRM
KEMENKO PMK - Tak terasa, pelaksanaan Program Gerakan Nasional Revolusi Mental (GNRM) memasuki tahun ke 9, dimulai sejak pemerintahan Presiden Joko Widodo dan Wakil Presiden Jusuf Kalla pada 2014-2019 dan berlanjut pemerintahan Presiden Joko Widodo dan Wakil Presiden Maruf Amin mulai 2019 dan akan berakhir pada Oktober 2024 mendatang. Artinya, secara administratif Program GNRM hanya menyisakan waktu sekitar 16 bulan lagi.
“Revolusi Mental masih ada, jangan nanti tahun 2024 tidak ada bekasnya. Kita harus berikan _legacy_, apa yang kita tinggalkan. Ada cita-cita Indonesia Emas 2045, tapi bagaimana cara menggapainya? Maka dari itu, indikator-indikator penting harus kita gali. Kita harus menentukan indikator-indikator penting untuk kabinet selanjutnya,” jelas Deputi Bidang Koordinasi Revolusi Mental, Pemajuan Budaya, dan Prestasi Olahraga Kemenko PMK Didik Suhardi kala membuka Rapat Koordinasi bersama Tim Ahli Gugus Tugas Nasional (GTN) GNRM, Kamis (15/06/2023).
Didik menegaskan bahwa tahapannya bisa dimulai dari membangun kesadaran kembali, lalu meneruskannya dengan aksi nyata, sehingga Revolusi Mental bisa termanifestasi dalam kehidupan sehari-hari. Kemenko PMK sebagai kementerian koordinator GNRM terus berupaya secara implementatif menerapkan nilai-nilai Revolusi Mental dalam penanganan isu prioritas pemerintah yakni : Penurunan Angka Stunting; Penurunan Angka Kemiskinan Ekstrem; dan Revitalisasi Pendidikan dan Pelatihan Vokasi.
“Sudah jelas, nilai-nilai strategis Revolusi Mental (Integritas-Etos Kerja-Gotong Royong) dapat menjadi alat menangani tiga isu tersebut. Maka, kita akan identifikasi dan gelar karya Revolusi Mental bersumber dari program/kegiatan hasil koordinasi setiap Kedeputian Kemenko PMK,” imbuh Didik.
*Praksis Pancasila*
Ketua Tim Ahli Gugus Tugas Nasional (GTN) GNRM Prof. Ravik Karsidi mengamini bahwa internalisasi Revolusi Mental harus diupayakan dengan berbagai upaya yang tidak biasa. Dalam kesempatan itu, Prof. Ravik menyampaikan arahan dari Menko PMK Muhadjir Effendy agar mengadakan diskusi mingguan secara rutin untuk mengekspos tentang hal-hal yang sudah dilakukan Kemenko PMK terutama soal kesejahteraan sosial.
“Diskusi rutin akan dilakukan sepanjang tahun. Tema pertama adalah masukan untuk pemerintah tentang sarasehan Trisakti. Pak Menko berpesan narasumber tokoh masyarakat, ahli, dll bukan pejabat,” ujar Prof. Ravik seraya menambahkan bahwa Gelar Karya Revolusi Mental menjadi bagian tak terpisahkan dari diskusi rutin.
Ada dua hal substantif yang digarisbawahi oleh Prof. Ravik, pertama adalah keberlanjutan Revolusi Mental dan kedua adalah metode dan internalisasi Revolusi Mental yang hasilnya belum terlihat nyata. Hal ini diamini oleh anggota Tim Ahli GNRM Tri Mumpuni, Arif Budimanta, dan Miranda Risang Ayu.
“Jantungnya belum berdetak, masih meraba-raba dimana jantungnya. Padahal Revolusi Mental ini semacam bentuk praksis dari Pancasila. Terbalik dari ideologisasi orde baru yang represif, Revolusi Mental terlalu lembut, hingga tidak terasa keberadaannya,” ujar Miranda menyimpulkan dan diamini anggota tim ahli lainnya.
Dalam kesempatan itu, tim ahli sepakat menegaskan semua program dan kegiatan akan terus dilakukan untuk mengatasi kejenuhan atas GNRM. Tim ahli GTN GNRM, Rumadi dan Arif Budimanta menggarisbawahi bahwa isu-isu yang senafas dengan Revolusi Mental perlu ‘dibungkus’ untuk menggeliatkan lagi Revolusi Mental.
“Mall Pelayanan Publik (MPP) digital akan di-launching presiden. Akan ada tranformasi besar pelayanan publik, ini adalah momentum kita sesuai Gerakan Indonesia Melayani. Kita bisa masuk dari sini,” ujar Rumadi dan diamini Arif Budimanta. Ke depan, sebagai praksis dari Pancasila, diharapkan GTN GNRM berkolaborasi dengan Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) untuk menguatkan Gerakan Revolusi Mental.
Hadir pada diskusi beberapa anggota GTN GNRM : Noer Sutrisno, Melly Keong, WAchid Ridwan, Miranda Risang Ayu, Arief Budimanta, Tri Mumpuni, dan Rumadi, serta anggota sekretariat GTN GNRM.