KEMENKO PMK – Komunitas Museum, Galeri dan Monumen (Mugalemon) bekerja sama dengan UPT Museum Bahari DKI Jakarta dan BPBD DKI Jakarta menggelar diskusi bertema “Jaga Warisan, Jaga Jakarta” di Galeri Cemara 6, Menteng, Jakarta Pusat, Rabu (24/9/2025). Acara ini membahas upaya menghadapi potensi bencana di Jakarta dan pentingnya membangun budaya tangguh bencana di masyarakat.
Diskusi dipandu oleh Ketua AMI Jakarta Raya, Yiyok Herlambang, dengan narasumber Asisten Deputi Pengurangan Risiko Bencana Kemenko PMK Andre Notohamijoyo, Kepala Pusat Konservasi Cagar Budaya Dinas Kebudayaan DKI Jakarta Norviadi Setio Husodo, serta perwakilan BPBD DKI Jakarta.
Asdep Andre menekankan bahwa Jakarta menghadapi berbagai risiko bencana, mulai dari banjir, kekeringan, longsor, rob, hingga gempa tektonik. Ia mengingatkan bahwa sepanjang 2025 Jakarta sudah mengalami banjir dua kali pada Maret dan Juli, dan kewaspadaan perlu ditingkatkan menjelang musim hujan.
“Keberadaan sesar Baribis yang melintasi Jakarta harus menjadi perhatian bersama. Diseminasi informasi perlu diperkuat agar budaya tangguh bencana melekat dalam keseharian masyarakat,” ujar Andre.
Menurutnya, museum dapat berperan penting sebagai sarana edukasi kebencanaan. Ia mencontohkan Jepang yang memiliki sejumlah museum kebencanaan, seperti Museum Gempa Besar Kanto 1923 dan Museum Gempa Prefektur Kumamoto. Indonesia sendiri sudah memiliki Museum Tsunami Aceh, Museum Geologi Bandung, dan Museum Merapi Yogyakarta.
Meski demikian, Andre menilai kesadaran masyarakat terhadap potensi bencana masih perlu ditingkatkan melalui literasi dan penyadaran berkesinambungan.
Kepala UPT Museum Bahari, Mis Ari, mengapresiasi para narasumber dan berharap Kemenko PMK mendorong edukasi kebencanaan lebih masif, serta memperkuat peran BPBD dalam upaya tersebut.