Deputi Warsito: Literasi Harus Jadi Fondasi Kreativitas, Inovasi, dan Karakter Bangsa di Era Kecerdasan Artifisial

KEMENKO PMK -- Deputi Bidang Koordinasi Penguatan Karakter dan Jati Diri Bangsa Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Kemenko PMK) Warsito menegaskan bahwa budaya literasi harus menjadi fondasi utama dalam membangun karakter, kreativitas, dan kecerdasan bangsa, terutama di tengah derasnya arus transformasi digital dan kehadiran kecerdasan artifisial (AI).

Hal tersebut disampaikannya saat memimpin Rapat Koordinasi Penguatan Budaya Literasi untuk Kreativitas dan Inovasi: Membangun Karakter, Jati Diri, dan Kecerdasan Bangsa di Era Kecerdasan Artifisial, di Ruang Rapat Lantak 14 Kantor Kemenko PMK, Jakarta, pada Kamis (13/11/2025).

"Di era kecerdasan artifisial, kita harus memastikan manusia yang mengendalikan teknologi, bukan sebaliknya. Literasi menjadi benteng logika, etika, dan kemanusiaan digital. Literasi kita harus naik kelas, bukan hanya literasi konvensional, tetapi literasi digital yang kritis, kreatif, dan berkeadaban,”  ujarnya.

Warsito menekankan, penguatan budaya literasi menjadi bagian integral dari strategi pembangunan manusia Indonesia seutuhnya sebagaimana amanat RPJMN 2025–2029. "Tujuan akhirnya adalah SDM unggul, sehat fisik dan mental, cerdas, menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi, serta produktif dan berkarakter. Literasi menjadi pintu untuk mencapainya," tegasnya.

Rapat dihadiri oleh Sekretaris Utama Perpustakaan Nasional (Perpusnas) Joko Santoso, Deputi Bidang Pengembangan Sumber Daya Perpustakaan Perpusnas Adin Bondar, serta perwakilan dari Kemendikdasmen, Kemendiktisaintek, Kemenkomdigi, dan Kemendagri.

Dalam kesempatan itu, Sestama Perpusnas Joko Santoso menyampaikan bahwa Perpusnas terus memperkuat perannya dalam mendorong budaya literasi nasional melalui program prioritas bidang perpustakaan, di tengah tantangan efisiensi dan realokasi anggaran.

"Pemetaan dan restrukturisasi program pembangunan perpustakaan menjadi langkah awal untuk mempercepat dampak peningkatan kualitas SDM Indonesia. Perlu koordinasi dan sinkronisasi lintas K/L dan pemerintah daerah agar program pengembangan budaya literasi dapat berjalan selaras dan saling memperkuat," ujar Joko Santoso.

Ia menambahkan, Perpusnas terus mengakselerasi transformasi layanan berbasis inklusi sosial dan digitalisasi koleksi. Saat ini terdapat lebih dari 30.000 perpustakaan yang terdaftar dalam sistem pembinaan nasional, 5,2 juta pengguna aktif iPusnas, dan hampir 2 juta koleksi digital yang dapat diakses publik.

Di sisi lain, Kemendikdasmenmemperkuat dimensi literasi di satuan pendidikan formal dan nonformal melalui 138 revitalisasi ruang perpustakaan sekolah, 24 ribu program keaksaraan, serta pemberdayaan Taman Bacaan Masyarakat (TBM) di seluruh Indonesia. Sementara itu, Kemenkomdigi melalui program Pandu Literasi Digital telah melatih lebih dari 235 ribu masyarakat, termasuk 199 ribu perempuan dan 36 ribu anak-remaja, untuk membangun ketahanan digital dan etika bermedia di era AI.

Warsito menilai, sinergi lintas sektor ini menunjukkan bahwa literasi bukan hanya gerakan membaca, melainkan gerakan peradaban. Memperluas pengetahuan, memberdayakan masyarakat, dan menyiapkan generasi unggul menuju Visi Indonesia Emas 2045.

Sebagai tindak lanjut, Kemenko PMK akan menyiapkan Peta Jalan Pembudayaan Literasi Nasional yang akan dibakukan melalui Permenko PMK Tahun 2026. Peta jalan ini akan berfokus pada pembudayaan literasi di keluarga, satuan pendidikan, masyarakat, tempat ibadah, dan ruang digital.

"Ini menjadi kebijakan bersama agar seluruh masyarakat memiliki kompetensi literasi yang kuat. Kita ingin budaya literasi menjadi gerakan nasional yang berkelanjutan dan berdampak nyata bagi kemajuan peradaban bangsa," tutup Warsito.

Kontributor Foto:
Reporter: