Jakarta - Kemenko PMK melalui Deputi Bidang Koordinasi Penanggulangan Bencana dan Konflik Sosial menerima kunjungan dari Islamic Relief Indonesia. Pertemuan ini membahas penguatan regulasi Rumah Ibadah Tangguh Bencana (RITB) sekaligus bagaimana tokoh agama bisa lebih berperan dalam penanggulangan bencana lewat kurikulum dan modul pelatihan, Senin (8/9).
Rumah ibadah memegang peran penting dalam kehidupan masyarakat Indonesia. Tidak hanya sebagai tempat beribadah, rumah ibadah kerap menjadi lokasi pengungsian dan tempat perlindungan ketika bencana melanda. Karena itu, diperlukan panduan dan upaya bersama agar rumah ibadah benar-benar aman, ramah bagi semua kalangan, dan mampu berfungsi sebagai pusat ketangguhan komunitas saat menghadapi keadaan darurat.
Islamic Relief juga menyampaikan dukungannya dalam penyusunan kurikulum dan modul pelatihan bagi tokoh agama. Materi yang disusun meliputi dasar-dasar penanggulangan bencana, manajemen tanggap darurat, hingga strategi pengurangan risiko bencana dari sudut pandang keagamaan. Melalui modul ini, para tokoh agama diharapkan bisa menjadi motor penggerak dalam menumbuhkan budaya siaga bencana di tengah masyarakat.
Deputi Bidang Koordinasi Penanggulangan Bencana dan Konflik Sosial menegaskan pentingnya kolaborasi ini untuk memperkuat ketahanan masyarakat.
“Rumah ibadah bukan hanya tempat untuk beribadah, tetapi juga ruang sosial yang bisa menjadi tempat perlindungan. Jika rumah ibadah dibuat tangguh bencana dan tokoh agama dibekali modul pelatihan, kita akan memiliki masyarakat yang lebih siap dan tangguh. Inisiatif ini juga sejalan dengan Flagship Kita Tangguh yang menekankan kerja sama multipihak dalam membangun ketangguhan bangsa secara inklusif,” tegas Deputi
Asisten Deputi Penanganan Bencana menambahkan bahwa kerja sama lintas sektor antara pemerintah, lembaga keagamaan, dan mitra internasional seperti Islamic Relief sangat penting untuk mempercepat pelaksanaan program. Ia menekankan bahwa penguatan regulasi harus berjalan seiring dengan peningkatan kapasitas tokoh agama agar dampaknya benar-benar dirasakan oleh masyarakat.
Pertemuan ini ditutup dengan kesepahaman untuk memperkuat komunikasi dan kolaborasi lintas pihak. Ke depan, diharapkan lahir langkah nyata yang bisa diterapkan di berbagai daerah, sehingga inisiatif Rumah Ibadah Tangguh Bencana serta penguatan peran tokoh agama dapat menjadi praktik baik yang memberi manfaat luas. Melalui kerja sama ini, diharapkan terwujud masyarakat yang lebih siap, berdaya, dan tangguh dalam menghadapi ancaman bencana.