KEMENKO PMK — Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Kemenko PMK) bersama World Food Programme (WFP) memperkuat kolaborasi dalam upaya peningkatan gizi anak sekolah melalui integrasi Program Makan Bergizi Gratis (MBG) dan percepatan penurunan stunting di Kabupaten Tana Toraja, Sulawesi Selatan.
Asisten Deputi Peningkatan Gizi dan Pencegahan Stunting Kemenko PMK, Jelsi Natalia Marampa, menegaskan pentingnya program gizi sebagai bukti nyata komitmen pemerintah dalam mendukung tumbuh kembang anak demi Indonesia Emas 2045.
Jelsi menyoroti empat pilar utama dalam peningkatan gizi anak sekolah: edukasi dan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS), penyediaan lingkungan pangan sehat, peningkatan kapasitas pemangku kepentingan, serta penguatan regulasi.
Hal tersebut disampaikannya dalam Rapat Koordinasi Lintas OPD Upaya Perbaikan Gizi Anak Sekolah dan Percepatan Penurunan Stunting Kabupaten Tana Toraja yang digelar secara luring di Komplek Kantor Bupati Tana Toraja, pada Jumat (6/5/2025).
"Pentingnya pemahaman dan pola asuh keluarga untuk memprioritaskan makanan sehat dan bergizi untuk anak karena anak merupakan penerus keluarga dan bangsa," ujarnya.
Hasil Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) 2024 menunjukkan prevalensi stunting nasional turun menjadi 19,8 persen atau menurun 1,7 persen dibandingkan tahun 2023 yang sebesar 21,5 persen. Begitupun prevalensi stunting Provinsi Sulawesi Selatan mengalami penurunan sebesar 4.1 persen menjadi 23.3 persen persen dari sebelumnya 27.4 persen di tahun 2023 (SKI).
Untuk kelompok anak usia 5 - 12 tahun dari hasil Survei Kesehatan Indonesia (SKI) 2023, pengukuran Indeks Massa Tubuh berdasarkan Umur (IMT/U) sebesar 19 persen anak masuk kategori Stunting, 20 persen mengalami obesitas dan 16 persen mengalami anemia.
Jika dilihat dilihat dari Perilaku Diet yang Tidak Sehat (Survei Global Murid Berbasis Sekolah 2023) menunjukkan bahwa 97 % kurang mengkonsumsi sayur dan buah, 44 % murid sekolah mengonsumusi minuman berpemanis lebih dari 1x perhari, serta 76% anak sekolah tidak bergerak secara fisik selama sekurangnya 60 menit perhari. Dari data-data ini mengindikasikan bahwa beban gizi pada anak usia sekolah masih menjadi tantangan di Indonesia.
Bupati Tana Toraja Zadrak Tombeg menyatakan bahwa perlunya implementasi dan integrasi program antar OPD untuk mengubah pemahaman yang kurang tepat di Masyarakat terkait gizi harus dihilangkan menjadi informasi gizi yang tepat, termasuk cara menyajikan makanan dan anggapan daging dapat menyebabkan kecacingan.
"Tana Toraja memiliki sumber protein hewani yang tinggi seperti ikan nila, belut, dan lele. Sumber ini merupakan contoh pangan lokal yang sangat bermanfaat bagi anak," jelas Zadrak.
Zadrak menambahkan, tersedianya sumber makanan tinggi protein yang cukup banyak di Tana Toraja tetapi kenyataannya angka prevalensi stuntingnya yang masih tinggi. Sehingga perlu dilakukan identifikasi apakah faktor utama penyebabnya dan implementasi yang tepat bagi perkembangan dan pertumbuhan anak.
Rapat koordinasi ini dibuka bersama oleh Bupati dan Kemenko PMK, serta dihadiri oleh Wakil Bupati Tana Toraja Erianto Laso' Paundanan; Kepala Bappelitbang Kab. Tana Toraja Fransnetti Restu; Plt. Kepala Dinas Kesehatan; Kepala Dinas Sosial; perwakilan Dinas Pendidikan; Kanwil Kemenag; Kepala Dinas P3AP2KB; Kepala Dinas Komunikasi; Dinas Pertanian, Ketahanan Pangan dan Perikanan; Dinas Ducapil; RSUD Lakipadada; Puskesmas Rembon; Puskesmas Buntu; Koordinator PKH; SPPG; Camat Gandang Batu Sillanan; Camat Rembon; Kepala Desa Lembang Gandang Batu; Lurah Rembon; SDN 3 Makale; SMP 1 Makale.