KEMENKO PMK — Deputi Bidang Koordinasi Penanggulangan Bencana dan Konflik Sosial Kemenko PMK Lilik Kurniawan mengatakan, pemerintah terus mengintensifkan penanganan pengungsi akibat erupsi Gunung Lewotobi Laki-Laki di Kabupaten Flores Timur, Nusa Tenggara Timur.
"Kemenko PMK akan terus mengawal dan mendorong sinergi lintas sektor agar proses penanganan darurat hingga rehabilitasi dan rekonstruksi berjalan optimal demi pemulihan kehidupan masyarakat terdampak," ujar Deputi Lilik dalam Rapat Koordinasi yang dipimpin oleh Kepala BNPB dan Gubernur Nusa Tenggara Timur di Kupang pada Kamis, (22/5/2025).
Erupsi Gunung Lewotobi Laki-Laki di Kabupaten Flores Timur, Nusa Tenggara Timur, telah berlangsung sejak 3 November 2024. Letusan susulan yang masih terjadi hingga kini membuat fase tanggap darurat tetap diaktifkan oleh pemerintah pusat, daerah, dan para pemangku kepentingan.
Hingga Mei 2025, Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) telah menyelesaikan pembangunan Huntara Tahap I dan II yang kini dihuni oleh 460 kepala keluarga (KK). Sementara itu, pembangunan Huntara Tahap III telah mencapai 90% dan ditargetkan selesai pada Agustus 2025 untuk menampung tambahan 411 KK yang masih berada di pengungsian lapangan.
Selain hunian, pemerintah juga memastikan ketersediaan air bersih, penerangan, pendidikan darurat, serta layanan kesehatan bagi seluruh penyintas. Sementara itu, Dana Tunggu Hunian (DTH) sebesar Rp600.000 per KK per bulan telah disalurkan kepada penyintas yang belum tertampung di Huntara maupun yang tinggal bersama keluarga.
Dalam rapat koordinasi yang dipimpin Kepala BNPB dan Gubernur NTT di Kupang, Rabu (22/5), disepakati percepatan pembangunan Huntap sebagai bagian dari pemulihan pascabencana secara menyeluruh. Kemenko PMK menegaskan akan terus mengawal sinergi lintas sektor agar proses rehabilitasi dan rekonstruksi berjalan efektif dan menyeluruh.