Masih Ada "PR" Untuk Gapai Cita-cita Indonesia Maju

KEMENKO PMK -- Indonesia saat ini tengah mengejar cita-cita menjadi negara maju dan mewujudkan Indonesia Emas di tahun 2045. Butuh kerja keras dan kolaborasi banyak pihak, mulai dari sektor pemerintah, swasta, akademisi, serta masyarakat sipil.

Bukan hal yang mustahil untuk meraih cita-cita Indonesia Maju. Satu awalan baik sudah digenggaman, yakni era bonus demografi yang tengah berjalan dan puncaknya akan tercapai pada 2030-2040. Berdasarkan Data BPS, penduduk Indonesia pada tahun 2020 ini jumlahnya 270,20 juta jiwa. Dari jumlah itu, jumlah angkatan kerja produktif sebanyak 140 juta jiwa.

Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) Muhadjir Effendy berujar, kunci untuk mewujudkan negara maju adalah sumber daya manusia (SDM) unggul, berdaya saing, dan berkualitas, juga memiliki penghasilan yang mencukupi.

Akan tetapi, dia mengungkapkan, masih banyak tantangan yang harus diselesaikan pemerintah untuk menciptakan SDM unggul demi Indonesia Maju. Salah satunya adalah menciptakan lapangan kerja sebesar-besarnya untuk seluruh angkatan kerja produktif.

Hal itu disampaikan Menko PMK saat menyampaikan orasi ilmiah dalam perayaan Dies Natalis Ke-55 dan Wisuda Universitas Pancasila Semester Genap Tahun Akademik 2020/2021, di Kampus Universitas Pancasila, pada Sabtu (23/10).

"Tantangan kita sekarang, menyiapkan lapangan kerja sebesar-besarnya. Kalau penduduk produktif ini tidak disiapkan lapangan kerja yang jumlahnya relatif sama dan kualifikasi yang sama. Maka yang dipanen bukan bonus demografi tetapi musibah demografi," ujarnya.

Menko Muhadjir mengatakan, apabila lapangan kerja tidak berhasil disiapkan, maka yang akan terjadi kemudian adalah musibah demografi.

"Karena akan terjadi angka peangguran yang meledak, dan setelah bonus demografi ini akan jadi ageing society," tuturnya.

Selain itu, Muhadjir menjelaskan, Indonesia akan gagal menjadi negara maju dan akan terjebak menjadi negara berpendapatan menengah atau "middle income trap".

Karena itu, dia mengutarakan, perlu kerja keras untuk untuk menciptakan lapangan kerja besar-besaran di Indonesia.

Termasuk oleh para alumni Universitas Pancasila. Menurut Muhadjir, para lulusan kampus bukan hanya menjadi pencari kerja saja. Tetapi, bisa menjadi pelopor lapangan pekerjaan.

"Saya kira Universitas Pancasila akan menjadi salah satu solusi untuk mengatasi kemungkinan ancaman kelangkaan lapangan kerja ketika kita menghadapi limpahan angkatan kerja yang begitu besar," jelasnya.

"Bukan hanya menjadi employee yang mencari pekerjaan tetapi menjadi pencipta lapangan pekerjaan," imbuh Menko PMK.

Karena itu, dia meminta petinggi kampus Universitas Pancasila unthk memberi dorongan agar para lulusan juga memiliki keberanian untuk memasuki dunia usaha, baik yang berskala kecil, mikro, menengah, industri kreatif, sampai bisnis start-up.

"Kalau kalian hanya mengandalkan indsutri sebagai pencari kerja itu tidak mungkin. Yang paling memungkinkan adalah sektor usaha, sektor yang paling memungkinkan adalah UMKM," terangnya.

Mantan Mendikbud itu  juga meminta para lulusan Universitas Pancasila untuk berani menghadapi tantangan dan resiko yang ada di era Industri 4.0 saat ini. Serta pandai memanfaatkan berbagai peluang yang ada.

"Jangan takut mengambil resiko. Jadilah kalian semua 'risk taker', pengambil resiko. Siapa yang bisa memanfaatkan peluang maka dia akan menjadi pemenang," pungkasnya. (*)

Kontributor Foto:
Reporter: