KEMENKO PMK -- Lebih dari 2 tahun pandemi Covid-19 mewabah di dunia. Dampak yang diberikan pandemi sangat besar di berbagai sektor kehidupan. Terlebih, pandemi Covid-19 telah membuat perubahan-perubahan fundamental di sektor kesehatan.
Salah satu dampak terbesar di sektor kesehatan adalah penggunaan oksigen medis. Virus Covid-19 yang menyerang sistem pernafasan membuat kebutuhan oksigen medis terus meningkat. Akibatnya, ketersediaan oksigen medis di berbagai fasilitas kesehatan menjadi langka.
Belajar dari pengalaman pandemi 2 tahun terakhir, maka menurut Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) Muhadjir Effendy, pengelolaan oksigen medis harus bisa lebih baik.
Meskipun pandemi sudah melandai, menurut Muhadjir, ketersediaan oksigen medis di setiap fasilitas kesehatan harus bisa memenuhi kebutuhan berkelanjutan dalam menghadapi situasi tak terduga.
Hal itu disampaikannya dalam kegiatan penyerahan Roadmap Peta Respon Oksigen dari Muhammadiyah Disaster Management Center (MDMC) kepada Menko PMK, di Kantor Kemenko PMK, pada Rabu (21/12/2022).
"Harapannya jangan sampai terulang lagi terjadi kelangkaan oksigen apapun alasanya, apakah jumlah stoknya terbatas, ataupun mekanisme sistem supply yang kurang bagus itu harus dibenahi," ujar Menko PMK.
Dalam kesempatan itu dihadiri Deputi Bidang Koordinasi Pemerataan Pembangunan Wilayah dan Penanggulangan Bencana Kemenko PMK Sudirman, Ketua MDMC PP Muhammadiyah Budi Setiawan, Program Manager Sustainable Access to Medical Oxygen (SAM-O2) dr. Iin Inayah, dan perwakilan lembaga kemanusiaan.
Menko PMK menceritakan pengalamannya yang selalu turun lapangan dalam 2 tahun pandemi untuk memeriksa ketersediaan oksigen di berbagai daerah. Seperti di Provinsi Lampung, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur. Dia juga selalu mengecek ketersediaan oksigen di fasilitas kesehatan rumah sakit.
Dari pengalamannya itu Muhadjir memaparkan, kelangkaan oksigen pada masa Covid-19 bukan soal stok yang tidak tersedia. Tetapi manajemen penyediaan oksigen di fasilitas kesehatan. Misalnya terkait tender oksigen dari perusahan satu dengan yang lainnya, kemudian persoalan harga dan lainnya.
Kemudian juga masalah lainnya adalah tidak meratanya pabrik oksigen di Indonesia. Menurutnya, sebagian besar pabrik oksigen terkonsentrasi di Pulau Jawa. Sehingga wilayah luar ketika membutuhkan oksigen lebih akan mengalami kesulitan.
"Jadi masalahnya bukan hanya ketersediaan oksigen tapi manajemen oksigen. Termasuk tidak meratanya pabrik oksigen di Indonesia," jelasnya.
Menurut Muhadjir, masalah tersebut harus diselesaikan dengan kebijakan yang tepat. Karena itu, kata Menko PMK dengan adanya peta jalan dari MDMC yang bertajuk "Diseminasi Akses Berkelanjutan Oksigen Medis (Sustainable Access to Medical Oxygen)" bisa membantu dalam analisis kebijakan yang tepat.
"Karena itu harus ada kebijakan untuk bagaimana supaya industri oksigen bisa dibuat semerata mungkin sehingga dalam keadaan darurat mendesak bisa mudah dipenuhi. Harapannya semakin baik manajemen oksigen medis ke depannya," ungkap Menko PMK.
Sebagai informasi, Roadmap Peta Respon Oksigen bertajuk "Diseminasi Akses Berkelanjutan Oksigen Medis (Sustainable Access to Medical Oxygen)" yang disusun oleh MDMC berisi berbagai analisis terkait penanggulangan krisis oksigen medis.
Roadmap diharapkan mempermudah dalam mengetahui pasokan oksigen yang tersedia di setiap daerah bahkan sampai ke pulau-pulau di seluruh Indonesia. Selain itu, di level distribusi, diterapkan tata kelola yang menjamin pasokan oksigen berjalan lancar saat terjadi eskalasi kebutuhan oksigen.