Menko PMK: Perlu Diseminasi Program Ayah Siaga untuk Tekan AKI dan AKB

TAKALAR (10/6) -- Angka kematian ibu (AKI) dan angka kematian bayi (AKB) masih menjadi persoalan serius yang dialami beberapa provinsi di Indonesia. Salah satu desa yang digadang sebagai percontohan dalam upaya penurunan AKI dan AKB adalah Desa Bontomarannu di Kabupaten Takalar, Provinsi Sulawesi Selatan (Sulsel).

 

Desa tersebut memiliki program Ayah Siaga atau dalam bahasa daerah setempat disebut Teta Siaga. Program itu telah berjalan tiga tahun sejak 2018 dan terbukti berhasil menurunkan AKI dan AKB di Desa Bontomarannu hingga 0 (nol) kematian ibu dan bayi serta memperoleh penghargaan juara 1 tingkat provinsi dalam inovasi konvergensi stunting.

 

Secara teknis, program Ayah Siaga merupakan kelas ibu hamil dengan aneka permainan. Sebagai contoh, para ayah memakai kostum seperti ibu hamil yang diisi dengan beras 6 kg di bagian perut dan di bagian payudara 2 kg. 

 

Kemudian para ayah diarahkan untuk beraktivitas, naik turun tangga, berjalan, berbaring, berjongkok lalu diminta mengulang kembali pelajaran yang sudah diberikan oleh petugas. Kegiatan tersebut rutin dilakukan setiap bulan bagi pasangan suami/istri dengan istri yang sedang hamil. 

 

Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) Muhadjir Effendy mengaku sangat mengapresiasi program kegiatan Ayah Siaga. Tujuannya yaitu untuk meningkatkan kesiapsiagaan dan keaktifan para suami dan calon ayah dalam membantu kaum ibu yang sedang hamil.

 

"Ini sangat bagus sekali, bagaimana melatih atau menyiapkan ayah yang istrinya sedang hamil supaya dia juga nanti ikut menyukseskan program kehamilan, kelahiran, sampai perawatan si bayi. Jadi nanti kalau sudah lahir bapaknya juga bisa bantu, bukan hanya ibu," tuturnya saat meninjau langsung kegiatan program Ayah Siaga di Desa Bontomarannu, Kecamatan Galesong, Kabupaten Takalar, Kamis (10/6). 

 

Pada kesempatan tersebut, Menko PMK didampingi Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Hasto Wardoyo, Wakil Bupati Takalar Ahmad Dg. Se're, dan disambut Kades Dunial Maulana, pelopor gerakan KB, serta warga desa. 

 

Menko PMK mendorong agar program Ayah Siaga yang dilaksanakan di Desa Bontomarannu bisa didiseminasi atau disebarluaskan ke desa-desa lain di Indonesia. Hal tersebut diharapkan mampu mempercepat pencapaian target penurunan AKI dan AKB secara nasional.

 

Di dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2020-2024 disebutkan, target AKI dapat diturunkan dari 305 menjadi 183 per-100 ribu kelahiran hidup dan AKB turun hingga 16 per-1000 kelahiran hidup pada tahun 2024.

 

"Fokus pemerintah saat ini selain untuk menurunkan angka stunting, termasuk juga kematian ibu dan balita. Kalau untuk angka stunting di Kabupaten Takalar sekarang sudah 13% artinya sudah di bawah target 2024 (14%), jadi 2024 nanti harus sudah 0," tegasnya.

 

*Poliklinik Apung*

 

Menko PMK pun turut menanggapi keluhan bidan yang berasal dari salah satu kepulauan di Kabupaten Takalar yakni terkait minimnya sarana dan prasarana fasilitas layanan kesehatan khususnya untuk di pulau-pulau terpencil Provinsi Sulsel.

 

"Tadi sudah dijanjikan oleh Kepala BKKBN, nanti ada anggaran yang akan dialokasikan untuk itu. Di samping itu nanti saya akan bicarakan dengan Pak Menkes, siapa tau ada anggaran dari pusat," ungkap Muhadjir menegaskan ucapan Kepala BKKBN Hasto Wardoyo.

 

Kendati demikian, ia menyatakan bahwa kewenangan tersebut berada di pemerintah provinsi. Menurutnya, Dinas Kesehatan di provinsi harus memikirkan pemenuhan fasilitas layanan kesehatan termasuk yang ada di pulau-pulau terpencil itu.

 

"Saya pikir memang harusnya ada poliklinik apung atau perahu RS keliling yang bertugas untuk memberikan pelayanan, paling tidak layanan dasar kesehatan di masing-masing pulau terutama pulau-pulau terpencil yang jauh dari pusat fasilitas layanan kesehatan," tandasnya. (*)

 

Kontributor Foto:
Reporter: