Kemenko PMK Dorong Pemanfaatan Air Hujan dan Inovasi Peringatan Dini Bencana dalam Kunjungan di Pameran Bulan Pengurangan Risiko Bencana Mojokerto

KEMENKO PMK – Asisten Deputi Pengurangan Risiko Bencana, Andre Notohamijoyo, dari Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Kemenko PMK), melakukan kunjungan ke pameran dalam rangkaian acara Bulan Pengurangan Risiko Bencana 2025 yang diselenggarakan di Mojokerto, Jawa Timur, pada hari Kamis (2/10).

Kunjungan ini dilakukan di sela-sela kegiatan Bulan Pengurangab Risiko Bencana 2025 sebagai upaya Kemenko PMK untuk memantau langsung inovasi dan praktik terbaik dalam mitigasi bencana dan ketahanan masyarakat.

Asdep Andre menyempatkan diri mengunjungi beberapa stand pameran, termasuk Japan International Cooperation Agency (JICA), The Association for Overseas Technical Cooperation and Sustainable Partnerships (AOTS), dan Komunitas Pengolahan Air Hujan Banyu Bening.

Dalam kunjungannya, Asdep Andre berdiskusi dengan perwakilan AOTS mengenai implementasi sistem peringatan dini. Diskusi berfokus pada pengembangan sistem peringatan dini banjir yang telah dikembangkan AOTS bekerjasama dengan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Jawa Timur.

Sistem ini ditekankan sebagai solusi yang menggunakan teknologi sederhana dan mudah diterapkan oleh masyarakat di berbagai lokasi rawan bencana. Sorotan utama kunjungan tertuju pada diskusi dengan Komunitas Banyu Bening.

Asdep Andre menyoroti masalah kontradiktif yang terus berulang di Indonesia: banjir saat musim hujan dan kekurangan air bersih saat musim kemarau. Fenomena ini diperparah oleh penyedotan air tanah berlebihan dan keterbatasan pasokan air dari PDAM/PAM.

"Kurangnya pemanfaatan air hujan di Indonesia sangat ironis. Seringkali air hujan hanya dianggap sebagai penyebab bencana hidrometeorologi seperti banjir dan tanah longsor, padahal ia memiliki potensi besar sebagai sumber daya untuk mengatasi krisis air bersih dan mendukung pembangunan berkelanjutan," ujar Asdep Andre.

Beliau menekankan bahwa rendahnya kesadaran kolektif masyarakat dalam memanen air hujan harus segera diatasi. Untuk itu, Kemenko PMK mengapresiasi teknologi sistem "lumbung air hujan" yang dikembangkan Banyu Bening karena sangat mudah untuk diterapkan oleh masyarakat.

Pemanfaatan air hujan sejalan dengan upaya prinsip pembangunan berkelanjutan yang berlandaskan ekologi, ekonomi, dan sosial budaya. Kemenko PMK mendorong adanya pembangunan pemahaman masyarakat secara holistik untuk mencegah masalah air terus berulang di masa depan.

"Diperlukan penguatan diseminasi dan edukasi secara berkelanjutan dari pemerintah daerah untuk mendorong implementasi panen air hujan sebagai bagian dari upaya mitigasi krisis air dan ketahanan bencana," tutup Asdep Andre.

Kunjungan ini menegaskan komitmen Kemenko PMK dalam mendorong inovasi, kolaborasi antara berbagai pihak, dan perubahan paradigma masyarakat untuk membangun ketahanan bencana dan krisis air yang lebih baik.

Kontributor Foto:
Reporter: