KEMENKO PMK -- Pembangunan sumber daya manusia (SDM) bidang pertanian masih harus terus digenjot. Pasalnya, belum banyak generasi milenial yang memandang pekerjaan di bidang pertanian memiliki masa depan yang menjanjikan atau bahkan bisa berkontribusi besar terhadap negara.
Merujuk data Badan Pusat Statistik (BPS), jumlah tenaga kerja pertanian pada Agustus 2015 sebanyak 37,75 juta orang dan pada Agustus 2019 sebanyak 35,45 juta orang atau berkurang 2,3 juta dalam 4 tahun.
Meskipun pada Agustus 2020 pekerja pertanian naik 2,77 juta dari tahun sebelumnya yakni menjadi sebanyak 38,22 juta orang, namun pekerja di sektor pertanian masih didominasi oleh mereka yang berusia di atas 45 tahun. Hal itu lebih disebabkan dampak pandemi, dimana banyak pekerja yang kehilangan pekerjaan karena pandemi lalu mereka kembali ke kampungnya dan hidup bertani.
Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) Muhadjir Effendy mendorong generasi milenial untuk lebih mencintai dunia pertanian. Lebih dari itu, bersama-sama membangkitkan kembali sektor pangan di Tanah Air.
Apalagi, belakangan setelah pandemi Covid-19, sektor pertanian kian mengalami degradasi. Citra pekerjaan di bidang pertanian semakin terpuruk akibat krisis pangan yang dialami dunia tanpa terkecuali Indonesia.
“Bukan mustahil kalau kita tidak lakukan itu kita akan mengalami kesulitan pangan dan ketergantungan terus terhadap impor. Ini adalah tugas dan tanggung jawab kita bersama,” ujarnya saat menjadi pemateri daring pada Seminar Nasional dan Pertemuan Forum Dekan Pertanian Perguruan Tinggi Muhammadiyah se-Indonesia, Sabtu (19/11).
Muhadjir mengklaim bahwa pemerintah telah melakukan intervensi terhadap kemajuan pertanian di Indonesia. Antara lain, membangun pusat-pusat pangan di beberapa provinsi serta menyediakan sarana prasarana dan infrastruktur pertanian.
Di samping itu, upaya untuk membangun kembali kepercayaan generasi muda pada masa depan pekerjaan di bidang pertanian juga masih terus dilakukan. Salah satunya melalui intervensi perguruan tinggi terutama yang memiliki program studi bidang pertanian.
“Saya kira kita perlu evaluasi mendasar di perguruan tinggi khususnya pada fakultas-fakultas pertanian. Misalnya terkait guru atau dosen, lahan praktik. Intinya kita ingin fakultas pertanian menjadi prioritas,” ucapnya.
Ia menyebut beberapa perguruan tinggi sebenarnya sudah melakukan inovasi dan upaya transformasi dengan memanfaatkan teknologi. Penggunaan drone untuk melakukan pemetaan kondisi tanah, tanaman, hingga mengetahui jenis hama tanaman, dan pupuk yang tepat untuk digunakan.
“Yang seperti ini sebenarnya sudah dilakukan, hanya belum maksimal. Perlu eksplorasi lagi bagaimana melakukan terobosan agar dunia pertanian di Indonesia dapat terus berkembang dan anak-anak kita generasi milenial ini bisa lebih mencintai dunia bertani dan mau ikut terlibat mewujudkan ketahanan pangan di dalam negeri. Ketahanan pangan adalah bagian dari ketahanan nasional. Para Dosen pertanian harus bisa meyakinkan generasi milenial untuk menjadi petani modern dan sekaligus membangun ketahanan bangsa dan negara” pungkas Menko PMK.
Pada kesempatan tersebut, hadir Rektor Universitas Muhammadiyah Buton Waode Al Zarliani, para Dekan Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah se-Indonesia, serta Walikota Bau-Bau AS Tamrin. Pertemuan itu mengangkat tema Peran SDM Pertanian dalam Mewujudkan Ketahanan Pangan Selama dan Pasca Pandemi Covid-19.