Pembudayaan Literasi Dasar Membangun Masa Depan Bangsa

KEMENKO PMK -- Deputi Bidang Koordinasi Revolusi Mental, Pemajuan Kebudayaan dan Prestasi Olahraga Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Kemenko PMK) Didik Suhardi menyampaikan bahwa pembudayaan literasi merupakan dasar untuk membangun masa depan bangsa.

Didik mengatakan, literasi harus ditanamkan sejak dini. Menurutnya, ada tiga tahapan pembudayaan literasi. Mulai dari literasi ranah keluarga, literasi ranah pendidikan, dan literasi di ranah masyarakat.

Penanaman literasi, dijelaskan Didik harus mulai di ranah keluarga. Ranah keluarga merupakan ujung tombak dalam penanaman literasi. Kata Didik, keluarga bisa memfasilitasi penanaman literasi sejak dini dengan beragam hal. 

Hal itu disampaikannya saat menjadi narasumber dalam kegiatan Peningkatan Indeks Literasi Kesejahteraan Masyarakat Untuk Kesejahteraan di Provinsi Kalimantan Selatan, secara daring, pada Selasa (24/5).

"Bukan hanya soal membaca menulis. Tapi juga soal rekayasa atau engineering. Termasuk literasi kebencanaan, literasi Kebudayaan, literasi IT, literasi teknologi digital. Sehingga literasi harus kita jabarkan sampai pada tingkat untuk mendorong anak kita menjadi orang yang hebat," jelasnya.

Kemudian, untuk literasi di ranah pendidikan, kata Deputi Didik, posisinya sangat strategis. Sleain mendapatkan pengetahuan literasi seperti membaca dan menulis, melalui pendidikan, anak sejak awal sudah diajarkan seperti mengatur waktu, disiplin, dan juga pembiasaan dalam hal karakter.

"Dalam sistem pendidikan kita ditingkatkan pembudayaan literasi mulai dari TK, PAUD, hingga perguruan tinggi. Proses literasi di ranah pendidikan juga merupakan learning experiences. Sehingga tidak hanya ijazah tetapi pengalaman belajar," ujarnya.

Di ranah masyarakat, menurut Didik, masyarakat harus menjadi bagian utama dalam proses literasi. Literasi di sini yang dimaksud didik adalah literasi dalam hal bermasyarakat.

Seperti bagaimana cara menghargai keberagaman, menghargai perbedaan, dan juga ada budi pekerti di tengah masyarakat.
Namun, menurut didik, literasi bermasyarakat saat ini juga masih memprihatinkan. Masih banyak masyarakat dalam memanfaatkan teknologi digital justru membuat gaduh. 

Banyak masyarakat yang memanfaatkan teknologi digital justru menjadi penyebar hoax, ujaran kebencian, dan diskriminasi.  

"Karena itu perlu literasi toleransi dalam kehidupan bermasyarakat di Indonesia yang beraneka ragam," ujarnya.

"Dengan demikian kita bisa meningkatkan toleransi tenggang rasa gotong royong rasa persatuan sehingga Indonesia utuh sampai sekarang," pungkas Didik.

Kontributor Foto:
Reporter: