KEMENKO PMK - Guna mewujudkan sumber daya manusia (SDM) yang unggul dan berkualitas dalam menyongsong Indonesia Emas tahun 2045. Para pemuda harus dibekali dengan pendidikan berkarakter.
Pendidikan karakter harus dimulai sejak usia dini. Pada masa itu, nilai-nilai yang diajarkan adalah cara bersosialisasi, berkomunikasi, interaksi, dan kemampuan menjadi anak mandiri dalam segala hal. Nilai-nilai religius, nasionalis, etos kerja, gotong-royong, dan integritas harus dapat ditularkan kepada peserta didik sehingga membentuk karakter kuat generasi Bangsa Indonesia di kemudian hari.
“Saat ini bukan hanya SDM yang cerdas saja yang dibutuhkan, tapi juga SDM yang berkarakter,” kata Plt. Deputi Bidang Koordinasi Peningkatan Kualitas Pendidikan dan Moderasi Beragama Kemenko PMK Aris Darmansyah Edisaputra saat memberi sambutan pada acara Pengukuhan Pengurus DPP Gerakan Pendidikan Indonesia Baru (GPIB), Kantor Kemendikbud Jakarta, Rabu (7/12).
Dalam pengukuhan tersebut terdapat 50 pengurus yang dikukuhkan. Pengukuhan juga turut dihadiri oleh Ketua Umum DPP GPIB Agung Karang, Dirjen Pendidikan PAUD Kemendikbud Ristek Abdul Halim, Dirjen Kebudayaan Kemendikbud Ristek Andi Nur Suryanti, Dewan Penasehat GPIB Brigjen Pol dr. Victor Pudjiadi, Dewan Penasihat GPIB Sibroh Malisi, perwakilan Lembaga Sensor Film, perwakilan SMA N 53 Jakarta dan seluruh pengurus yang dilantik serta tamu undangan.
Lanjut Aris, saat ini Indonesia sudah memasuki era bonus demografi dan di tahun 2023 diperkirakan menjadi puncak bonus demografi. Oleh karena itu, jika SDM Indonesia tidak dibekali dengan pendidikan berkarakter, dikhawatirkan akan membahayakan kelangsungan Indonesia pada 2045.
“Kalau tidak bisa memanfaatkan sebaik-baiknya bonus demografi ini, nantinya justru akan menjadi bencana demgorafi yang menjadi beban negara. Untuk menuju Indonesia Emas dengan sejajar dengan negara lain kira harus mempersiapkan SDM dari sekarang,” tuturnya.
Jika berbicara tentang pendidikan, tambah Aris, pendidikan adalah tuntutan dan kewajiban dalam hidup manusia. Pendidikan tidak ada pernah berhenti dari sejak lahir sampai meninggal.
“Di dalam momen itu lah diri kita harus bisa mengisinya. Kami di Kemenko PMK punya konsep pembangunan manusia (Human Life Cycle). Mulai dari 1000 hari pertama sampai kehidupannya hingga meninggal itu diurus oleh Kemenko PMK, di semua tahap unsur pendidikan masuk disitu,” jelasnya.
Pemerintah memastikan semua masyarakat pada setiap tahap kehidupan bisa mendapatkan pendidikan. Tidak hanya pendidikan di sekolah tapi juga dalam kehidupan sehari-hari terutama pendidikan dalam menekan angka stunting. Karena permasalahan stunting tidak hanya pada 1000 hari pertama atau pun saat dalam kandungan, namun jauh sebelum itu.
“Kita harus memberikan bimbingan perkawinan, agar calon orang tua tidak hanya memilikirkan perkawian terkait revolusi saja tapi juga tentang kualitas anak agar tidak stunting,” kata Aris.
Dengan berbagai program yang diberikan pemerintah, Aris berharap GPIB dapat melibatkan diri dan memberikan kontribusinya dalam mendidik generasi muda dan bersama menekan angka stunting.
“Sekali lagi selamat bagi yang baru saja dilantik. Kami mohon kerjasama GPIB dapat bisa meningkatkan kewaspadaan stunting dan membentuk SDM Berkarakter,” tutupnya.
Adapun GPIB merupakan organisasi yang menghimpun berbagai segmen pekerjaaan maupun profesi yang peduli dengan perkembangan dunia pendidkan di Indonesia. GPIB juga merupakan penggerak peran serta seluruh lapisan masyarakat dalam pendidikan untuk mewujudkan Indonesia Baru, dimana ara pengurusnya terdiri dari berbagai segmen, profesi dan latar belakang. Seperti guru, komite sekalah, pengusaha, pengacara/advokat, praktisi hukum, jurnalis, TNI, Polri dan lainnya yang memiliki kesamaan pemikiran tentang dunia pendidikan Indonesia.