Hadiri Dies Natalis ke-24 Universitas Paramadina, Menko PMK: Mengelola Perguruan Tinggi Butuh Ketekunan

KEMENKO PMK – Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) Muhadjir Effendy menghadiri sekaligus memberikan sambutan pada peringatan Dies Natalis ke-24 Universitas Paramadina secara daring, pada Selasa (11/1).

Menko PMK pada kesempatan tersebut menyampaikan bahwa kehadiran Universitas Paramadina tidak dapat dilepaskan dari pemikiran dan gagasan cendekiawan muslim terkemuka yakni almarhum Nurcholis Madjid (Cak Nur) yang memiliki komitmen tinggi terhadap pengembangan sumber daya manusia (SDM).

“Sebagai cendekiawan muslim, Nurcholis Madjid tidak hanya mengelaborasi isu keislaman, kemodernan, dan keindonesiaan, tetapi juga isu-isu yang terkait dengan pentingnya pembangunan manusia,” ujarnya pada acara yang juga dihadiri Wakil Presiden RI ke-10 dan ke-12 Jusuf Kalla selaku Ketua Dewan Pembina Yayasan Wakaf Paramadina.

Menurut Muhadjir, Cak Nur pernah menyampaikan bahwa pembangunan manusia Indonesia harus selaras dengan pengembangan atau apa yang diibaratkan sebagai mentalitas budaya pesisir yaitu ditandai dengan keterbukaan, egaliter, dialogis, inklusif, berpikir kritis dan humanis, memiliki etos kerja tinggi, kreatif dan inovatif untuk menghadirkan kemajuan (modernitas).

Universitas Paramadina mempunyai peranan besar untuk pengembangan SDM. Namun sebagai salah satu perguruan tinggi, khususnya yang ada di Ibukota, Universitas Paramadina juga memiliki tantangan besar dalam pengelolaannya sehingga dapat tetap sejalan dengan misi sang pendiri Nurcholis Madjid.

“Saya yakin Universitas Paramadina mampu membawa misi besar dari sang pendirinya. Tapi menyinggung bagaimana pengelolaan sebuah perguruan tinggi, berdasarkan pengalaman saya, yang dibutuhkan adalah sikap istiqomah atau ketekunan. Ibarat bola yang sulit ditentukan sudutnya, perguruan tinggi juga sulit untuk diperhitungkan secara pasti mengenai kemungkinan dan peluangnya,” tutur mantan Rektor Universitas Muhammadiyah Malang tersebut.

Akan tetapi, selain ketekunan juga dibutuhkan kerukunan dan kekompakan dalam mengelola perguruan tinggi. Di samping itu pun perlu adanya tenaga-tenaga ahli muda di perguruan tinggi yang memiliki kemampuan manajerial dan bisa bertindak sebagai seorang eksekutor.

“Gagasan besar hanya akan jadi gagasan kalau tidak diturunkan menjadi kenyataan. Di sebuah perguruan tinggi, talenta muda bidang manajerial sangat dibutuhkan untuk bisa mengeksekusi gagasan-gagasan yang muncul dari para profesor dan guru besar,” tandas Muhadjir.

Kontributor Foto:
Reporter: