Jawab Tantangan Pengembangan Budaya di Era Digital

KEMENKO PMK – Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) Muhadjir Effendy secara resmi membuka Konferensi Internasional Budaya Sunda (KIBS) ke-III Tahun 2021. Kegiatan yang diselenggarakan pada tanggal 1 sampai 3 Desember itu bertujuan untuk melahirkan pencerahan, pemikiran, dan jalan baru tentang bagaimana budaya Sunda bertahan dan berkembang dalam kebiasaan masyarakat digital saat ini.

Menko PMK menegaskan bahwa upaya-upaya untuk memajukan kebudayaan sangat penting di tengah berbagai tantangan abad ke-21. Antara lain, seperti disrupsi teknologi informatika yang belum menyasar pada kepentingan konsolidasi kebudayaan nasional, serta pertukaran budaya yang timpang dalam tatanan global yang menjadikan Indonesia hanya sebagai konsumen budaya dunia.

“Pemerintah tentu sangat mendukung kegiatan-kegiatan seperti ini. Karena sejalan dengan Undang-Undang No. 5/2017 tentang Pemajuan Kebudayaan, yang bertujuan untuk meningkatkan ketahanan dan kontribusi budaya Indonesia di tengah peradaban dunia,” ujarnya saat memberikan sambutan pembukaan KIBS ke-III Tahun 2021 secara daring, Rabu (1/12).

Kegiatan yang mengangkat tema "Merambah Jalan Baru Kebudayaan Sunda" itu juga selaras dengan Peraturan Pemerintah No. 87/2021 tentang Peraturan Pelaksanaan UU No. 5/2017, yang menjelaskan bahwa proses pemajuan kebudayaan dilakukan melalui perlindungan, pengembangan, pemanfaatan, pembinaan, dan penghargaan.

“Konferensi ini termasuk dalam pengembangan, utamanya dalam bidang pengkajian, penyebarluasan, dan pengayaan keberagaman, sebagai upaya untuk menghidupkan ekosistem kebudayaan serta meningkatkan, memperkaya, dan menyebarluaskan kebudayaan," imbuh Menko PMK.

Sedangkan, pemanfaatan budaya, menurutnya, dapat dilakukan untuk membangun karakter bangsa, meningkatkan ketahanan budaya, meningkatkan kesejahteraan masyarakat, termasuk meningkatkan peran aktif dan pengaruh Indonesia dalam hubungan internasional.

Namun demikian, upaya-upaya pemajuan kebudayaan seperti yang diusahakan oleh Yayasan Kebudayaan Rancage selaku penyelenggara KIBS, juga harus dibarengi dengan semangat revolusi mental dari seluruh rakyat Indonesia, termasuk para insan budaya dan akademisi.

“Kita kenal Urang Sunda seperti Ajib Rosidi, KH. Abdul Halim, KH. Noer Ali, KH. Zaenal Mustofa, dan Raden Dewi Sartika adalah pahlawan-pahlawan tauladan yang mengimplementasikan nilai-nilai revolusi mental, berbudaya dan bernegara secara arif bijaksana. Adalah akan sangat menyedihkan apabila anak cucu kita kelak tidak lagi mengenal mereka,” ucap mantan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan tersebut.

KIBS ke-III yang diselenggarakan pada masa pandemi ini diharapkan dapat menjadi momentum untuk memajukan kebudayaan-kebudayaan nasional dengan terus mengkaji, menelusuri, dan merevitalisasi budaya Sunda agar dapat diwariskan kepada generasi mendatang.

“Saya mengaminkan harapan pihak penyelenggara bahwa kegiatan ini dapat memberikan dampak positif pada keberlanjutan jangka panjang. Yang sejalan dengan rekomendasi Unesco tentang promosi kebudayaan dan akses ke ruang siber yang diadopsi tahun 2003. Semoga upaya bersama ini akan membuahkan hasil yang bermanfaat bagi insan budaya Sunda dalam pemajuan dan pelestarian kebudayaan Nusantara,” pungkas Menko PMK.

Untuk diketahui, acara KIBS ke-III dibagi menjadi tiga bagian, yaitu Mapag KIBS ke-III untuk sosialisasi materi KIBS, penyelenggaraan KIBS untuk memaparkan berbagai materi dari para pemakalah, dan Sabada KIBS untuk evaluasi serta implementasi keputusan KIBS.

Panitia KIBS ke-III akan mengundang sekitar 100 pemateri utama dari dalam dan luar negeri dengan latar belakang berbeda-beda seperti akademisi, dosen, seniman, sastrawan, para pegiat budaya Sunda, termasuk wakil pemerintah. Masing-masing pemateri akan memaparkan hasil penelitian dari subtema yang telah ditetapkan oleh panitia. (*)
 

Kontributor Foto:
Reporter: