Kemenko PMK Sosialisasikan KITATANGGUH dan RESPON di Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

KEMENKO PMK — Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Kemenko PMK) melaksanakan sosialisasi program flagship KITATANGGUH dan RESPON (Rekayasa Ekosistem Sinergi Kebijakan Pascabencana: Percepatan Rehabilitasi dan Rekonstruksi di Indonesia) di Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY), pada Senin (8/9/2025).

Asisten Deputi Rehabilitasi dan Rekonstruksi Kemenko PMK, Monalisa Rumayar, menjelaskan bahwa program KITATANGGUH merupakan inisiatif Kedeputian Penanggulangan Bencana dan Konflik Sosial yang telah diluncurkan Menko PMK bersama para menteri dan kepala lembaga pada 13 Agustus 2025. Program ini bertujuan memperkuat budaya siaga dan kesiapan masyarakat, mendorong kolaborasi multipihak, serta memanfaatkan teknologi kendali risiko sebagai strategi menjaga pembangunan dari ancaman bencana yang semakin kompleks.

“KITATANGGUH hadir untuk menumbuhkan budaya adaptasi dan antisipasi bencana, memperkuat sinergi multipihak secara inklusif, serta menyediakan sistem informasi terpadu berbasis teknologi dan data. Melalui ekosistem ini, kita ingin memastikan pembangunan tetap berkelanjutan meski risiko bencana semakin tinggi,” ujar Monalisa.

KITATANGGUH menargetkan 100 ribu penerima manfaat langsung serta 4 juta masyarakat yang teredukasi budaya tangguh bencana. Program ini memiliki tiga sub-flagship, yaitu Budaya Tangguh yang menekankan peningkatan kesadaran dan pemberdayaan masyarakat, Kolaborasi Tangguh untuk memperkuat sinergi lintas sektor dalam pengurangan risiko bencana, serta Dasbor Tangguh sebagai sistem berbasis kecerdasan artifisial untuk mendukung pengambilan keputusan yang cepat dan tepat.

Selain KITATANGGUH, Kemenko PMK juga memperkenalkan RESPON, sebuah program yang dirancang untuk mengoptimalkan tata kelola pemulihan pascabencana. RESPON memiliki tiga output utama, yaitu Tim Koordinasi Nasional Percepatan Rehabilitasi dan Rekonstruksi Pascabencana, Kartu Kendali Monitoring dan Evaluasi, serta Forum Kebijakan. Monalisa menegaskan bahwa kedua program tersebut saling melengkapi dalam memperkuat ekosistem penanggulangan bencana di Indonesia. 

“Melalui KITATANGGUH dan RESPON, Kemenko PMK mendorong lahirnya tata kelola bencana yang lebih sistematis, kolaboratif, dan berbasis data. Harapannya, masyarakat tidak hanya siaga, tetapi juga memiliki budaya tangguh bencana yang mengakar,” ungkapnya.

Sosialisasi ini dihadiri unsur pentahelix yang terdiri dari akademisi, organisasi masyarakat sipil, dan relawan. Hadir perwakilan dari Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, Universitas ‘Aisyiyah Yogyakarta, Universitas Ahmad Dahlan, Muhammadiyah Disaster Management Center (MDMC), serta sejumlah relawan pengurangan risiko bencana.