Kolaborasi lintas sektor untuk wujudkan pembangunan yang adil, setara, dan berkelanjutan bagi semua kelompok masyarakat.
KEMENKO PMK — Deputi Bidang Koordinasi Peningkatan Kualitas Keluarga dan Kependudukan Kemenko PMK, Woro Srihastuti Sulistyaningrum, memimpin Rapat Koordinasi bersama mitra pembangunan dalam rangka penguatan flagship “Semua Setara”. Rapat ini dihadiri oleh perwakilan mitra pembangunan yang berkomitmen mendukung penguatan pembangunan manusia yang inklusif di Indonesia.
Semua Setara merupakan inisiatif program strategis Kedeputian Bidang Koordinasi Peningkatan Kualitas Keluarga dan Kependudukan Kemenko PMK yang menjadi bagian penting dalam upaya pemberdayaan dan pelindungan kelompok rentan: perempuan, anak, penyandang disabilitas, lanjut usia. Melalui program ini, pemerintah berupaya memastikan seluruh warga negara memiliki kesempatan yang sama dalam memperoleh layanan serta berpartisipasi aktif dalam pembangunan nasional.
Dalam sambutannya, Deputi Lisa menegaskan pentingnya kolaborasi lintas sektor untuk memastikan tidak ada satu pun warga negara Indonesia yang tertinggal.
“Pendekatan kita harus holistik dan inklusif. Semua pihak perlu bergerak bersama agar perempuan, anak, lansia, dan penyandang disabilitas benar-benar merasakan manfaat pembangunan. Karena pembangunan manusia tidak boleh meninggalkan siapa pun,” ujar Lisa.
Rapat ini juga menjadi momentum penting untuk memperkuat dukungan mitra pembangunan terhadap tiga sub-flagship utama, yaitu CERIA (PAUD HI Berbasis AI), Gerakan Nasional Anti Kekerasan Perempuan dan Anak (GN-AKPA), dan Selaras Bahasa Isyarat. Ketiganya merupakan bagian integral dari ekosistem Semua Setara yang menempatkan keadilan dan inklusi sosial sebagai fondasi pembangunan.
“Kita ingin membangun sistem yang tidak hanya reaktif, tapi juga prediktif dan terintegrasi. Melalui CERIA, misalnya, teknologi kecerdasan buatan akan membantu kita mendeteksi risiko ketimpangan layanan sejak dini dan merekomendasikan intervensi lintas sektor secara otomatis,” jelas Lisa dalam paparannya.
Selain membahas strategi implementasi, rapat ini juga menyoroti pentingnya data terpadu sebagai dasar pengambilan kebijakan. Deputi Lisa menegaskan bahwa penguatan sistem informasi dan monitoring menjadi kunci untuk memastikan efektivitas program serta mengukur dampaknya secara nyata terhadap kesejahteraan keluarga Indonesia.
“Data bukan sekadar angka, tapi cerminan kehidupan manusia. Dengan data yang kuat dan terintegrasi, kita bisa memastikan kebijakan yang lahir benar-benar menjawab kebutuhan masyarakat,” tutur Lisa.
Rapat turut dihadiri oleh berbagai mitra pembangunan yang selama ini aktif mendukung program-program pemerintah, antara lain UNICEF, UNFPA, UN Women, UNDP, IOM, ILO, The World Bank, DFAT Australia, Friedrich Ebert Stiftung (FES), GIZ, Microsave Indonesia, Tanoto Foundation, Save the Children, Pijar Foundation, serta INFID (International NGO Forum on Indonesian Development). Para mitra ini menyampaikan komitmen untuk memperkuat kolaborasi dalam berbagai aspek.
Sebagai tindak lanjut dari rapat tersebut, Kemenko PMK secara teknis akan melakukan pembahasan lanjutan dengan masing-masing mitra pembangunan untuk mengidentifikasi peluang kolaborasi yang dapat segera diimplementasikan. Pembahasan ini akan difokuskan pada sinkronisasi program prioritas, pembagian peran, serta penyusunan rencana aksi bersama.
Dalam sesi diskusi, para peserta juga berbagi pengalaman dan ide inovatif terkait pendekatan inklusif di berbagai wilayah. Pendekatan pentahelix yang melibatkan unsur pemerintah, akademisi, masyarakat sipil, dunia usaha, dan media menjadi dasar penting dalam membangun ekosistem kolaboratif yang berkelanjutan.
Kemenko PMK menegaskan bahwa kolaborasi ini bukan hanya tentang proyek jangka pendek, melainkan bagian dari komitmen jangka panjang untuk memperkuat modal sosial bangsa dan mempercepat pencapaian sasaran pembangunan manusia Indonesia dalam RPJMN 2025–2029.
Menutup pertemuan, Deputi Lisa menyampaikan apresiasi kepada seluruh mitra yang terus berkomitmen menguatkan agenda kesetaraan dan inklusivitas.
“Semua Setara bukan hanya slogan, tapi komitmen moral kita bersama untuk memastikan setiap anak, setiap perempuan, setiap penyandang disabilitas, dan setiap lansia memiliki hak yang sama untuk tumbuh, berkembang, belajar, bekerja, sejahtera, berbahagia dan bermartabat,” pungkasnya.