Blusukan Jalur Darat ke Makkah dan Madinah
KEMENKO PMK — Pelaksanaan ibadah haji telah dimulai sejak kloter pertama diberangkatkan pada 24 Mei 2023 lalu. Secara bertahap jamaah haji dijadwalkan akan berangkat ke Arab Saudi hingga 22 Juni 2023 mendatang. Terdapat 203.320 dari kuota reguler, dimana 67.000 jamaah diantaranya berusia 65 tahun ke atas atau berkisar 30% dari total keseluruhan. Untuk memastikan kelancaran dan kenyamanan tersebut, Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) Muhadjir Effendy meninjau langsung sejumlah titik yang akan dilalui oleh jamaah haji di Mekkah dan Madinah.
Kedatangan Muhadjir disambut oleh Duta Besar Republik Indonesia untuk Kerajaan Arab Saud Abdul Aziz Ahmad di King Abdulaziz International Airport, Jeddah pada Jum’at (2/6) sekitar pukul 03.15 dini hari waktu setempat. Setibanya di bandara, Muhadjir langsung menuju ke Wisma KJRI untuk melaksanakan pertemuan bersama sejumlah pejabat pengelola haji di sana.
Hadir dalam pertemuan tersebut, antara lain Kepala Kanselerai Siti Nizamiyah, Kepala Perlindungan Warga Neni Kurniati, Kepala Konsul Haji Nasrullah, serta Direktur Luar Negeri Kementerian Agama Subhan. Pada pertemuan itu, Muhadjir melakukan pembahasan mengenai agenda pengecekkan yang akan dilakukan di Mekkah dan Madinah. Rencanya, Muhadjir akan menuju ke area penginapan jamaah haji serta Kantor Kesehatan Haji Indonesia (KKHI) di Makkah guna melakukan koordinasi, sinkronisasi, dan pengendalian lapangan mengenai persiapan-persiapan yang sudah dilakukan sejauh ini.
“Saya rencana akan ke Mekkah dan Madinah melalui jalur darat, ke tempat penginapan, hotel, dan setelah itu ke KKHI untuk mengecek fasilitas kesehatan yang ada di sana,” ucap Muhadjir saat tiba di Wisma KJRI.
Melalui perjalanan darat dari Jeddah, Muhadjir menuju ke KKHI Mekkah dan bertemu dengan sejumlah jamaah haji Indonesia yang berasal dari Makassar. Muhadjir mengatakan berdasarkan penjelasan dari para jamaah, kondisi yang mereka rasakan sudah cukup bagus, baik dari segi makanan maupun pelayanan kesehatan.
“Sudah cukup bagus, pelayanannya juga cukup bagus, satu kamar diisi empat orang. Saya kira itu cukup nyaman,” kata Muhadjir.
Muhadjir menerangkan salah satu tujuannya datang ke sana untuk memastikan agar jamaah tidak terlalu banyak dibebani dengan urusan-urusan yang bersifat teknis. Menurutnya pemerintah harus melayani semaksimal mungkin agar mereka dapat melaksanakan ibadah dengan baik dan khusyuk.
Berdasarkan tinjauannya, Muhadjir menerangkan pihak medis telah bekerja dengan baik. Setiap blok dalam penginapan telah terdapat pusat pelayanan medis yang dapat dimanfaatkan sewaktu-waktu oleh jamaah. Pada titik-titik tersebut juga telah tersedia dokter dan tenaga medis yang dapat membantu keluhan yang dialami oleh para jamaah.
“Saya tadi tanya kepada mereka (jamaah) selama di sini para petugas medis ini tidak menunggu, tetapi mendatangi masing-masing kamar untuk ditanyakan kesehatannya dan juga membagikan vitamin. Itu bagus apalagi sekarang ini banyak jamaah yang tergolong lansia,” ujar Muhadjir.
Selain itu, Muhadjir turut menyoroti pelaksanaan Wukuf di Arafah dan jamaah yang akan bermalam di Mina. Muhadjir mengatakan akan mengecek penyediaan layanan toilet yang sering kali bermasalah. Terlebih pelaksanaan ibadah di Mina yang memakan waktu selama tiga hari dan diikuti seluruh jamaah secara bersamaan.
“Ini akan menjadi perhatian saya, nanti akan saya cek itu toilet. Kalau persiapannya masih kurang akan saya laporkan itu ke Dubes agar bisa ditindaklanjuti,” kata Muhadjir.
Direncanakan agenda kunjungan kerja Muhadjir di Tanah Suci dilaksanakan selama empat hari. Muhadjir beserta rombongan akan kembali ke Tanah Air pada tanggal 4 Juni 2023 mendatang.
Sebagai informasi, total kuota keseluruhan jamaah haji Indonesia tahun 2023 berjumlah 221.000, yang terdiri dari 203.320 jemaah haji reguler, 17.680 jemaah haji khusus dan 4.200 petugas haji, yang diberangkatkan melalui 13 Bandar Udara Embarkasi Haji. Salah satu tantangan penyelenggaraan ibadah haji pada tahun ini adalah tidak adanya pembatasan usia untuk jemaah yang akan melaksanakannya. Oleh sebab itu, pemerintah mengusung tagline Haji Ramah Lansia dan akan memastikan agar semua sarana dan prasarana dalam pelaksanaan ibadah haji dapat diakses dan mempermudah lansia. Para petugas haji juga mendapat pelatihan secara khusus untuk memberikan pemahaman mendalam tentang kebutuhan fisik, emosional, sosial, dan kognitif lansia.