Menko PMK: Naik Transportasi Umum Bagian dari Revolusi Mental

JAKARTA (25/6) -- Berjalan kaki sudah menjadi hobi bagi Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) Muhadjir Effendy. Termasuk berjalan kaki ke kantor, dia mengungkapkan, kebiasaan ini sudah dijalaninya sejak zaman masih menjabat sebagai Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud).

 

Hal itu diungkapkannya saat menjadi narasumber dalam program "Diari: Dialog Bersama Marti", yang diadakan oleh MRT Jakarta secara daring, pada Kamis malam (24/6).

 

"Sebetulnya hobi saya adalah jalan kaki. Semula hobi saya berlari. Kemudian mengikuti anjuran dokter sekarang baiknya perbanyak jalan kaki bukan lari karena usianya sudah kepala enam (60 tahun -red). Kemudian dulu waktu saya masih Mendikbud, dari rumah dinas ke kantor relatif dekat. Kira-kira dua kilometer," ujarnya.

 

Hobi tersebut pun masih dibawanya saat dia menjabat sebagai Menko PMK. Tetapi dia tidak sepenuhnya berjalan kaki, karena jarak kantor saat ini lebih jauh, Muhadjir memadukannya dengan menumpangi transportasi umum yakni Moda Raya Terpadu atau MRT menuju kantornya di Jalan Medan Merdeka Barat Nomor 3, Gambir, Jakarta Pusat.

 

Muhadjir menceritakan pengalamannya menumpangi MRT. Menurutnya fasilitas MRT sudah sangat modern, rapih, tertib, dan aman. Bahkan, kata dia, MRT di Jakarta lebih canggih daripada transportasi umum sejenis yang ada di luar negeri. 

 

"Saya juga kaget MRT ini jauh lebih tertib, lebih rapi, teknologinya lebih modern dibanding beberapa MRT yang pernah saya naiki di beberapa negara. Dan keamanannya luar biasa. Setiap gerbong diawasi," ucapnya.

 

Dia menilai, saat ini MRT belum banyak diminati masyarakat. Itu terlihat dari jumlah penumpang yang masih belum begitu banyak. Padahal, menurutnya, MRT merupakan salah satu moda transportasi umum yang sudah sangat baik dan nyaman untuk ditumpangi. Khususnya di masa pandemi, protokol kesehatan di MRT menurutnya sudah sangat baik.

 

"Tinggal bagaimana masyarakat menyadari betapa pentingnya memanfaatkan fasilitas publik seperti di Jakarta ini. Sehingga bisa mengurangi beban-beban, baik itu beban transportasi, beban sosial di Ibu Kota Jakarta," kata dia.

 

Transportasi umum khususnya MRT kata Muhadjir, memiliki andil besar dalam upaya Revolusi Mental dalam arti merubah kebiasaan menggunakan kendaraan pribadi dan sadar lingkungan. Menurutnya, masyarakat bisa beralih menggunakan angkutan untuk menciptakan suasana kota yang lebih baik dan mengurangi kemacetan di Ibu Kota.

 

"Saya lihat andil dari transportasi umum termasuk MRT sangat besar dalam rangka merubah mental dari yang kurang baik dari masyarakat Ibu Kota khususnya ke suasana yang lebih baik," ujarnya.

 

"Mudah-mudahan nanti kalau sudah rampung pembangunan MRT tahap dua akan semakin dekat ke kantor saya. Tentu saja saya bisa saja tiap hari naik MRT daripada harus naik kendaraan pribadi atau kendaraan dinas yang menambah bising Ibu Kota," imbuh Muhadjir.

 

*Naik Transportasi Umum Dengar Suara Masyarakat Bawah

 

Jabatannya sebagai pembantu Presiden tidak membuat Muhadjir Effendy segan menumpangi angkutan umum dan berbaur dengan masyarakat. Bahkan, dia mengaku lebih senang bila tidak dikenali sebagai menteri saat menaiki angkutan umum. Hal itu membuatnya bisa mendengar lebih jelas suara masyarakat dan melihat realitas yang ada di masyarakat dengan lebih terang.

 

"Naik kendaraan umum itu sangat besar manfaatnya terutama untuk mereka yang biasa mengambil kebijakan terutama kebijakan masyarakat bawah. Kita bisa tahu detak rintihan, keluhan, dan senyuman masyarakat bawah itu bagaimana diformulasikan menjadi kebijakan," jelasnya.

 

Dia mengatakan, berbagai kebijakan yang dibahas dalam rapat di belakang meja kerja belum tentu berjalan baik di lapangan. Karena itu, menurutnya, dalam membuat kebijakan perlu melihat dengan jelas fakta yang ada. Salah satu cara melihatnya adalah dengan turun langsung berbaur dengan masyarakat di jalan dan di angkutan umum. 

 

"Karena itu saya belajar dari pengalaman di jalan itu. Itu banyak sekali orang-orang yang sangat berkaitan dengan Kemenko PMK. Misalnya tentang kebijakan kemiskinan dan bantuan sosial tunai. Saya bisa berinteraksi dengan mereka langsung dan mendengar keluhan mereka. Itu hanya bisa ditemui kalau kita mau jalan kaki, mau naik MRT, mau naik bus umum," tuturnya. 

 

Muhadjir pun mengungkapkan, menumpang MRT telah menghasilkan banyak inspirasi dan ide yang kemudian dapat dirumuskan menjadi sebuah keputusan dan kebijakan. Selain itu, dengan menumpangi angkutan umum dan berinteraksi dengan masyarakat ia mendapatkan aspirasi dari masyarakat secara langsung. 

 

"Jadi MRT itu sebetulnya pasar, pasar ide tempat kita untuk menyerap inspirasi, aspirasi masyarakat, sekaligus juga tempat kita untuk mencari inspirasi. Jadi antara aspirasi mereka yang naik kendaraan umum termasuk MRT itu dengan kita mencari inspirasi itu saya kira penting," pungkasnya. (*)

Kontributor Foto:
Reporter: