Kampus Seni Jadi Kunci Strategis Pemajuan Kebudayaan Nasional

KEMENKO PMK --  Deputi Bidang Koordinasi Penguatan Karakter dan Jati Diri Bangsa Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Kemenko PMK) Warsito menekankan pentingnya peran kampus seni dalam pemajuan kebudayaan nasional.

Hal tersebut disampaikannya dalam kuliah umum bertema "Peran Kampus Seni dalam Pemajuan Kebudayaan yang Berkepribadian” di Institut Seni Indonesia (ISI) Denpasar, Bali, pada Jumat (25/7/2025).

"Kampus seni harus menjadi jembatan antara tradisi dan inovasi. Kita tidak hanya mewarisi budaya, tetapi juga harus mampu mengembangkan dan memanfaatkannya secara strategis dalam konteks global," tegas Deputi Warsito.

Ia menjelaskan, Peta Jalan Pemajuan Kebudayaan telah menempatkan budaya sebagai pondasi pembangunan nasional, dengan empat pilar utama: perlindungan, pengembangan, pemanfaatan, dan pembudayaan. Budaya Indonesia, menurutnya, merupakan puncak dari kekayaan budaya daerah yang harus dijaga keberlanjutannya.

Menanggapi tantangan era digital, ia mendorong integrasi teknologi termasuk kecerdasan buatan (AI) dalam pelestarian budaya. Ia menekankan pentingnya kehadiran konten budaya yang akurat di ruang digital agar menjadi rujukan global, termasuk dalam referensi algoritma AI.

"AI tidak boleh dianggap sebagai ancaman, melainkan sebagai alat untuk melestarikan budaya. Kita harus aktif mengunggah konten budaya kita yang benar agar bisa menjadi referensi," tegasnya.

Warsito juga menyoroti capaian Bali dalam Indeks Pembangunan Kebudayaan yang tertinggi secara nasional, khususnya dalam aspek pendidikan budaya dan ketahanan sosial. Namun, ia menilai pemanfaatan budaya untuk mendukung ekonomi masih perlu diperkuat.

"Indeks Pembangunan Kebudayaan menunjukkan bahwa Bali menduduki posisi tertinggi secara nasional, khususnya dalam aspek pendidikan budaya dan ketahanan sosial. Namun demikian, pemanfaatan budaya untuk mendukung ekonomi masih perlu diperkuat,” jelasnya.

Sebagai tindak lanjut, Kemenko PMK mendorong kerja sama antara kampus seni digital dengan sektor strategis seperti Zona Ekonomi Khusus (KEK) Animasi di Singasari, Malang. Sinergi antara pendidikan budaya dan ekonomi kreatif juga dinilai penting untuk menciptakan kebudayaan yang berkelanjutan dan berdaya saing.

Prof. Warsito menutup kuliah umum dengan ajakan agar kampus seni seperti ISI Denpasar terus menjadi benteng identitas nasional sekaligus inkubator inovasi budaya. "Kita perlu mendirikan lebih banyak lembaga seni di berbagai daerah agar budaya lokal tidak hanya bertahan, tetapi juga berkembang dan mendunia," pungkasnya.

Kuliah umum ini dibuka secara resmi oleh Wakil Rektor Bidang Akademik, Prof  Anak Agung Gede Rai Remawa, dan turut dihadiri oleh Wakil Rektor Bidang Administrasi Umum dan Keuangan, Dr. I Ketut Muka, Wakil Rektor Bidang Perencanaan dan Kerja Sama, Dr. I Komang Sudirga,  Dekan Fakultas Seni Pertunjukan Dr. I Ketut Garwa, Wakil Dekan I , Prof Gede Yudarta dan Wakil Dekan III, I Kadek Widnyana. Acara ini diikuti oleh sekitar 150 mahasiswa dan jajaran akademik ISI Denpasar.