SDM Indonesia Harus Tangguh dan Tanggap Bencana

Sentul (3/2) -- Indonesia dikenal sebagai negara yang berada di daerah cincin api pasifik sehingga menjadikan wilayahnya rawan diguncang gempa dan dilanda letusan gunung berapi. Posisi geografis dan geologi Indonesia yang berada di tiga lempeng aktif bagian selatan, utara, dan timur juga menyimpan potensi besar untuk terjadinya beragam jenis bencana.

Belum lagi, akibat dinamika iklim dan perubahannya telah banyak mengakibatkan bencana hidrometeorologi seperti puting beliung, banjir, longsor, kekeringan, dan juga kebakaran hutan dan lahan. Data Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) memperkirakan frekuensinya hingga mencapai 91%.

Dalam rangka menanggulangi masalah bencana di Tanah Air, BNPB setiap tahun mengadakan rapat koordinasi nasional (rakornas) penanggulangan bencana. Rakornas tahun ini mengusung tema Penanggulangan Bencana Urusan Bersama.

Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) Muhadjir Effendy menyatakan bahwa bahwa Indonesia adalah negara yang dianugerahi Tuhan dengan beragam potensi bencana. Namun hal itu harus dimaknai sebagai ujian dan kesempatan untuk menjadi sebuah bangsa yang besar serta negara yang tangguh.

"Menurut saya Indonesia belum mengkapitalisasi anugerah Tuhan itu untuk menjadi bangsa yang besar. Karena itu tugas kita menyiapkan generasi yang tangguh yang bisa memanfaatkan anugerah Tuhan berupa cincin api ini dengan berbagai macam bencana untuk menjadikan kita bangsa yang tangguh," ujarnya saat membuka Rakornas BNPB 2020 di Auditorium INA-DRTG BNPB, Sentul, Bogor.

Kendati demikian, ungkap Muhadjir, tidak semua bencana yang terjadi di wilayah Bumi Pertiwi murni karena faktor alam. Banyak bencana yang justru diakibatkan ulah tangan manusia dengan sifat dasarnya sebagai perusak.

"Manusia itu memiliki dua sisi dimensi. Satu sisi membangun, sisi lain merusak. Kembali ke kesadaran manusia. Jadi manusia Indonesia harus kita bentuk dalam konteks membangun masa depan, terutama dengan kaitan kebencanaan agar jangan sampai melakukan perusakan," tuturnya.

Ia pun berpesan agar ketika melakukan pembangunan suatu wilayah dapat betul-betul mempertimbangkan dampak yang mungkin muncul terhadap lingkungan. Hal itu untuk mencegah terjadinya bencana akibat ulah tangan manusia.

Kepala BNPB Doni Monardo mempertegas bahwa berdasarkan sejumlah kajian, bencana seperti kekeringan atau hujan didominasi oleh faktor manusia. Demikian juga dengan banjir dan longsor karena perilaku pembalakan liar, alih fungsi lahan, bahkan pertanian.

"Menanggulangi bencana ini tidak bisa hanya satu dua lembaga, tetapi harus bersama-sama mempunyai kesadaran untuk menjaga lingkungan," tukasnya.

Menurut Doni, Rakornas BNPB tahun ini menghadirkan sejumlah pakar lintas disiplin ilmu yang diharapkan mampu memberikan gagasan serta ide-ide penanggulangan bencana untuk Indonesia. Gagasan tersebut nantinya akan disampaikan secara langsung kepada Presiden untuk menjadi rumusan strategi kebijakan penanggulangan bencana nasional.

Pembukaan rakornas juga dihadiri para Gubernur, Sestama BNPB, Sekjen PMI, Deputi Bidang Koordinasi Penanggulangan Bencana dan Kerawanan Sosial Kemenko PMK Doddy Usodo HGS, serta pejabat eselon I kementerian/lembaga atau yang mewakili.

Kontributor Foto: