Menko PMK: Gotong Royong Bernilai Ibadah

KEMENKO PMK -- Penanaman nilai-nilai Pancasila di dalam setiap aspek kehidupan menjadi sangat penting untuk membangun mental dan karakter sebagai Bangsa Indonesia. Tak terkecuali, hal itu harus terimplementasi di dalam sistem pendidikan nasional.

 

Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) Muhadjir Effendy menilai bahwa berdasarkan komposisi kurikulum pendidikan, baik formal maupun nonformal telah maksimal dalam menerapkan nilai-nilai Pancasila.

 

"Kalau lihat komposisi kurikulum formal maupun nonformal itu sudah maksimal. Pendidikan dan nilai-nilai Pancasila bukan hanya ada di mata pelajaran PPKN, tapi juga mata pelajaran lain, misalnya pendidikan agama atau pengetahuan alam semuanya bersinggungan dengan nilai-nilai Pancasila," ujarnya saat menjadi narasumber Talkshow Pemuda Pancasila yang diselenggarakan Pelajar Islam Indonesia (PII) dalam rangka Rapimnas PII yang digelar secara daring, Minggu (15/8).

 

Pada kesempatan tersebut, PII sebagai organisasi pengkaderan pelajar yang bertujuan untuk terciptanya kesempurnaan pendidikan dan kebudayaan yang bernafaskan Islam, juga menghadirkan beberapa pembicara. Selain Menko PMK, yaitu Ketua Yayasan Guru Belajar Bukik Setiawan, Rektor Mahakarya Asia University Ferro Ferizka Aryananda, Direktur Program Merial Institute Fajar Iman Hasani, Kepala Bidang Advokasi Guru Perhimpunan Pendidikan dan Guru Iman Zanatul Haeri, Founder Yayasan Hano Wene dan Program Manager di Papua Muda Inspiratif Neas Wanimbo, juga Head of Education Save The Children Imelda Usnadibrata. 

 

Menurut Muhadjir, secara inklusif nilai-nilai Pancasila memiliki makna gotong-royong. Mulai dari sila pertama, Ketuhanan Yang Maha Esa, gotong-royong dapat diartikan bernilai ibadah. Sila kedua yakni gotong-royong pasti didasari atas azas kemanusiaan, sila ketiga tidak ada gotong-rotong tanpa persatuan.

 

Sila keempat bahwa di dalam gotong-royong pasti terdapat musyawarah. Terakhir, sila kelima mencerminkan tujuan akhir gotong-royong adalah untuk mencapai keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

 

"Di dalam profil pelajar Pancasila juga disebutkan harus memiliki jiwa bergotong-royong. Selain beriman, bertakwa kepada Tuhan YME, berakhlak mulia, berkebhinekaan global, kreatif, mandiri, dan juga bernalar kritis," tutur Menko PMK yang juga alumni PII itu.

 

Kendati demikian, ia menekankan penanaman nilai-nilai Pancasila harus dimulai dari pembiasaan sejak dini. Anak-anak harus diajari tentang nilai-nilai Pancasila sesuai usianya, setelah itu diberikan keteladanan, serta kemudian diliterasi hingga mendarahdaging.

 

"Pendidikan seperti itulah yang seharusnya ditanamkan pada setiap generasi untuk membentuk karakter dan jiwa-jiwa yang bernilai Pancasila. Apalagi di era pandemi saat ini, Pancasila dan kegotong-royongan harus dikedepankan agar kita sebagai Bangsa Indonesia bisa terus semangat dan bangkit melawan Covid-19," pungkasnya.(*)

Kontributor Foto:
Reporter: