Menko PMK: Sampah Plastik Menyusup Hingga ke Darah Kita

Bersama Permabudhi Luncurkan Eco-Enzyme, Ikhtiar Selamatkan Bumi

KEMENKO PMK — Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) Muhadjir Effendy mengatakan, ancaman kelestarian bumi telah sampai pada titik yang sangat kritis karena diakibatkan oleh persoalan limbah sampah pastik.

Hal itu disampaikan saat memberikan sambutan dalam acara "Peluncuran Sosialisasi Pembuatan dan Pemanfaatan Eco-Enzyme" bertajuk "Gerakan Permabudhi Menyelamatkan Bumi" yang diselenggarakan oleh Persatuan Umat Buddha Indonesia (Permabudhi) bekerja sama dengan Kemenko PMK di Aula Heritage Kemenko PMK, pada Sabtu (2/9).

Muhadjir menambahkan, sampah plastik merupakan salah satu limbah yang paling berbahaya dan baru dapat terurai pada ratusan tahun mendatang, termasuk di antaranya adalah sampah mikro plastik. Sampah mikro plastik dapat berbahaya karena dapat menyusup ke tubuh manusia melalui alat makan dan minum yang digunakan sehari-hari.

“Kita tidak tahu sudah berapa banyak mikro plastik yang menyusup ke darah kita. Setiap hari kita menggunakan alat makan dan minum dari plastik,” ujar Muhadjir.

Seperti diketahui, sampah merupakan salah satu permasalahan yang dihadapi oleh banyak negara di seluruh dunia. Menurut Data Sistem Informasi Pengelolaan Sampah Nasional pada tahun 2022, terdapat timbunan sampah sekitar 35 juta ton yang 33,3 persen di antaranya tidak terkelola, atau sekitar 11,7 juta ton. Persoalan itu ditengarai oleh tingginya jumlah penduduk beserta aktivitasnya yang tidak diiringi dengan pengelolaan sampah yang baik.

Muhadjir menegaskan, paradigma pengelolaan sampah yang bertumpu pada pendekatan akhir harus ditinggalkan dan diganti dengan paradigma baru. Paradigma baru sampah harus dilakukan dengan berbasis nilai ekonomi dan dapat dimanfaatkan, baik untuk energi, kompos, pupuk, maupun bahan baku industri.

Namun begitu, upaya yang dilakukan oleh Permabudhi turut diapresiasi oleh Muhadjir karena mampu menciptakan alternatif pengelolaan sampah yang memiliki manfaat berlipat ganda. Eco-enzyme sendiri merupakan pemanfaatan sampah organik sebagai bahan baku yang dicampur dengan gula dan air. Proses fermentasinya akan menghasilkan gas O3 (ozon) dan cairan pembersih serta pupuk yang ramah lingkungan.

“Apapun usaha kita untuk menyelamatkan bumi itu sangat terpuji,” ujar Muhadjir.

Upaya yang telah dilakukan oleh Permabudhi bersama Kemenko PMK ini  merupakan implementasi dari amanat Instruksi Presiden Nomor 12 Tahun 2016 mengenai Gerakan Indonesia Bersih yang menjadi bagian dari Gerakan Nasional Revolusi Mental.

Gerakan tersebut dilakukan untuk mendorong terciptanya etos kerja yang baik, gotong-royong antar berbagai pihak tanpa melihat latar belakang, dan memiliki integritas untuk mewujudkan perilaku hidup bersih dan sehat, baik jasmani maupun rohani. Selanjutnya, hasil kegiatan itu akan dibawa oleh Permabudhi ke seluruh pelosok Indonesia.

Terlihat hadir dalam agenda itu, Direktur Jenderal Bimas Buddha Kementerian Agama Supriyadi, Ketua Umum PP Permabudhi Philip K. Widjaja, Ketua Komunitas Eco Enzyme Indonesia Bersatu Letjen (Purn.) Sumarsono, serta Ketua Tim Penggerak Gerakan Permabudhi Menyelamatkan Bumi Pramana Winardi.

Kontributor Foto:
Reporter: