Kemenko PMK Terima GeNose dan Alat Rapid Test Antigen CePAD untuk Covid-19 dari Kemenristek/BRIN

Menko PMK Praktikkan GeNose, Keluar Hasil 50 Detik.

Jakarta (7/1) -- Menteri Riset dan Teknologi/Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional (Menristek/Ka.BRIN) Bambang Brodjonegoro menyerahkan produk inovasi pendeteksi Covid-19 GeNose C19 dan alat rapid test antigen CePAD kepada Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) Muhadjir Effendy, pada Kamis (7/1), di Kantor Kemenko PMK.

GeNose C19 merupakan alat deteksi virus melalui embusan nafas karya akademisi Universitas Gajah Mada (UGM) Yogyakarta dan alat rapid tes CePAD merupakan karya dari akademisi Universitas Padjajaran (Unpad) Bandung. 

Menko PMK mengatakan, adanya produk inovasi karya anak bangsa ini akan dapat memperkuat pelaksanaan surveillance 3T (Testing, Tracing, Treatment). Apalagi pelaksanaan 3T saat ini masih terkendala akan kelangkaan alat, mahalnya alat, dan alat-alat yang belum praktis.

"Kita harus terus berusaha agar pelaksanan 3T semakin masif. Dengan inovasi ini diharapkan semakin sempurna, semakin baik, semakin tersistem sehingga kita mampu memetakan secara detail tentang sebaran Covid-19," jelasnya kepada pers.

Muhadjir langsung mempraktikkan alat GeNose. Caranya yaitu menghirup nafas dua kali, kemudian diembuskan melalui pipa kantong plastik khusus. Pipa itu kemudian dipasang ke lubang di GeNose. Berjalanlah proses skrining yang bisa dilihat di layar monitor. Hasilnya keluar dalam 50 detik, negatif Covid-19. Muhadjir terkesan karena prosesnya cepat sekali. Seorang wartawan juga mempraktikkan GeNose, hasilnya negatif pula.  

Muhadjir mengatakan, karya-karya insan akademis ini dapat menjadi semangat yang memicu anak bangsa untuk menciptakan inovasi dan pengabdian untuk bangsa Indonesia.

"Dua temuan (GeNose dan CePAD) dari putra-putra terbaik, insan-insan akademis pencipta, pengabdi di lingkungan perguruan tinggi kita yang memiliki semangat untuk melakukan penciptaan dan pengabdian untuk bangsa ini patut diapresiasi dan kita dukung," ujar mantan Mendikbud ini.

Muhadjir memberikan apresiasi kepada Menristek/BRIN Bambang Brodjonegoro yang telah bekerja keras untuk mengkoordinasi dan memfasilitasi produk-produk inovasi karya anak bangsa. Dia juga berharap, Kemenristek/BRIN dapat menghubungkan produk inovasi ini dengan industri agar dapat di produksi secara masif, dengan biaya yang murah terjangkau, dan tingkat akurasi yang bisa diandalkan. "Kita sangat memerlukan ketersediaan alat rapid test guna memutus mata rantai penyebaran," imbuhnya.

"Mudah-mudahan dua alat yang sangat dibutuhkan dalam upaya kita untuk mencegah, mengatasi dan menumpas wabah Covid-19 di Indonesia ini bisa dilaksanakan dengan baik, terlebih saat terjadi peningkatan kasus akhir-akhir ini," harapnya.

Menristek: Februari 5.000 Unit

Dalam kesempatan itu, Menristek/Ka.BRIN Bambang Brodjonegoro menyampaikan, GeNose C19 merupakan alat skrining cepat yang bukan menjadi alat diagnosa. GeNose merupakan alat rapid test atau tes cepat dengan tingkat sensitivitas 92 persen dan tingkat spesivitas 95 persen. 

Menurut Bambang, GeNose memiliki keunggulan yakni dalam kemudahan pengambilan sampel, kecepatan hasil, dan biayanya yang terbilang murah. Dia mengatakan, harga satu unit GeNose paling mahal adalah Rp 62 juta dan bisa dipakai sampai 100 ribu kali pemakaian. Setelahnya, alat itu hanya memerlukan perbaikan sedikit, dan dikalibrasi secara singkat. 

"Kalau misalnya dilakukan untuk rapid tes orang per orang perkiraan kisaran sekali tes Rp 15 - 20 ribu, plus biaya kantong plastik dan jasa dokter yang diperkirakan dibawah Rp 50 ribu," jelasnya.

Sementara, untuk alat tes rapid antigen CePAD buatan akademisi dari Unpad memiliki sensitivitas 85 persen dan spesifitas sebesar 83 hingga 84 persen. Alat tes antigen ini dibutuhkan untuk keperluan skrining Covid-19 terutama di tempat-tempat dengan mobilitas penduduk yang relatif tinggi. 

Harga alat rapid test ini juga terbilang murah di pasaran, yakni sekitar Rp 120 ribu. Penggunaan CePAD memberikan hasil deteksi relatif cepat sekitar 15 menit dengan tingkat akurasi tinggi.

Lebih lanjut, Menristek menyampaikan bahwa GeNose C19 telah mendapatkan izin edar dari Kementerian Kesehatan (Kemenkes) pada Desember 2020 lalu. Alat rapid test CePAD juga sudah mendapatkan izin edar dari Kementerian Kesehatan pada November 2020.

Saat ini, jelas Bambang, produksi GeNose sudah dapat dilakukan secara masal dengan target pada bulan Februari sebanyak 5.000 unit. Sementara, produksi CePAD, dijelaskan dia, telah mencapai 500 ribu unit per bulan.

Kemenristek/BRIN juga akan membantu dua produk inovasi karya anak bangsa tersebut untuk mencari mitra produksi agar inventor bisa memproduksi lebih besar. Untuk GeNose, Bambang mengatakan, pemerintah telah melakukan konsorsium dengan 5 perusahaan untuk bisa memproduksi dengan jumlah lebih banyak lagi.

"Kami menginginkan agar GeNose bisa digunakan di tempat dengan traffic atau mobilitas manusianya yang tinggi, seperti stasiun bandara, terminal, kantor, pabrik dan tempat keramaian lain," kata Bambang. 

"GeNose juga telah memanfaatkan teknologi terbaru menggunakan artificial intelligence, jadi ini bentuk respon atas revolusi industri 4.0," imbuhnya.

Tanpa Colok Hidung- Tenggorokan  

Menko PMK kembali menghimbau kepada masyarakat agar memiliki kesadaran akan pentingnya mengikuti tracing untuk mengeleminasi dan membatasi penyebaran Covid-19, mengingat saat ini masih banyak masyarakat yang enggan untuk dilakukan rapid test untuk identifikasi virus. 

Dia berharap, dengan adanya GeNose yang lebih bersahabat dalam pengambilan sampelnya mampu mendorong masyarakat untuk mau melakukan tracing dan tes. Pengujiannya sangat simple hanya melalui hembusan nafas dan hasilnya diketahui dalam waktu satu menit dan metodenya non-invasif.

"Karena itu dengan adanya GeNose ini yang tidak perlu ambil darah, tidak perlu colok tenggorokan colok hidung. Itu saya kira akan membikin mereka yang dilacak tidak terlalu keberatan," ucap Menko PMK. (*)

Kontributor Foto:
Reporter: