Perguruan Tinggi Didorong Segera Hasilkan Oksigen Konsentrator

KEMENKO PMK -- Masalah kekurangan oksigen untuk penanganan pasien Covid-19 terus diupayakan pemerintah. Bukan hanya mendorong industri untuk mengoptimalkan produksi oksigen dalam rangka pemenuhan kebutuhan bidang kesehatan, tetapi juga perguruan tinggi.

 

Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) Muhadjir Effendy menjelaskan bahwa Wakil Gubernur (Wagub) Jawa Timur (Jatim) Emil Dardak telah menghubungi sejumlah perguruan tinggi di Jatim, terutama yang memiliki fakultas teknik untuk memproduksi oksigen konsentrator.

 

Oksigen konsentrator merupakan alat yang dapat mengonversi udara menjadi oksigen medis dengan saturasi di atas 93% hanya dengan disambungkan atau dicolokkan langsung ke aliran listrik.

 

"Saya yakin di sini ada perguruan tinggi-perguruan tinggi hebat yang bisa menciptakan itu sesegera mungkin karena itu juga tidak membutuhkan teknologi tinggi," ujar Muhadjir didampingi Wagub Jatim Emil Dardak dan Bupati Gresik Fandi Akhmad Yani saat mengunjungi PT Samator dan PT Petrokimia Gresik, Jatim, Selasa (13/7). 

 

Oksigen konsentrator yang diciptakan perguruan tinggi, menurutnya, akan dapat membantu mengantisipasi kekurangan pasokan oksigen. Tidak hanya di rumah sakit (RS), tetapi juga pasien Covid-19 yang sedang melakukan isolasi mandiri (isoman).

 

"Untuk di Jawa Timur kondisinya relatif sudah cukup baik, hanya masalahnya bagaimana memastikan mereka yang sedang menjalani isolasi mandiri yang memang suatu saat butuh bantuan oksigen agar bisa tertangani dengan baik," tutur dia.

 

Lebih lanjut, Menko PMK mengimbau kepada masyarakat yang telah membeli oksigen dan menyimpannya di rumah agar dapat meminjamkan tetangganya yang sedang isoman dan membutuhkan oksigen. Sedangkan untuk tabung yang kosong supaya segera dikembalikan.

 

"Jangan disimpan karena dengan disimpan itu menyebabkan kita banyak sekali kekurangan tabung oksigen. Kita tahu seperti di RS lapangan itu tidak mungkin disuplai oksigen likuid dengan tanki-tanki yang besar itu, tetapi pakai tabung yang kecil-kecil. Kalau itu kemudian hilang dari pasar akan menyulitkan kita semua," tandasnya. (*)

Kontributor Foto:
Reporter: