KEMENKO PMK -- Deputi Bidang Koordinasi Peningkatan Kualitas Pendidikan dan Moderasi Beragama, Warsito bersama dengan Pakar Pendidikan Guru Besar Bidang Teknologi Pendidikan pada Departemen Pendidikan Vokasi Technische Universitaet Dresden - Jerman, Prof. Thomas Koehler, mengunjungi Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) untuk berbagi informasi pengetahuan tentang pendidikan vokasi dan pelatihan vokasi, Jum'at (10/11/2023).
Sebelumnya Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) Muhadjir Effendy telah menerima audiensi Prof. Thomas Koehler, di Kantor Kemenko PMK Jakarta pada Kamis (9/11/2023).
Acara tersebut dihadiri oleh Rektor Universitas Muhammadiyah Malang, Prof. Fauzan; Asisten Deputi Pendidikan Vokasi dan Pendidikan Tinggi Kemenko PMK Ahmad Saufi; Para Rektor dan Direktur peguruan tinggi di Malang, serta Civitas Akademika Universitas Muhammadiyah Malang.
Deputi Warsito mengatakan, saat ini pemerintah Indonesia tengah fokus pada menyiapkan tenaga kerja yang berdaya saing dan siap memasuki dunia kerja dan juga berdikari melalui aktivitas wirausaha termasuk membuka usaha rintisan seperti industri Start Up.
Dalam menyiapkan generasi muda angkatan kerja produktif, tidak hanya dalam hal pendidikan dan pelatihan vokasi saja, tetapi juga membentuk generasi muda untuk berdikari menjadi entrepeneur. Termasuk komitmen pemerintah dalam menyediakan lapangan kerja dan kesempatan yang mumpuni untuk generasi muda.
Salah satu bentuk nyata fokus pemerintah dalam menyiapkan hal tersebut adalah dengan adanya Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 68 Tahun 2022 tentang Revitalisasi Pendidikan Vokasi dan Pelatihan Vokasi. Revitalisasi ini diperlukan untuk menyiapkan tenaga kerja yang unggul, berdaya saing, terampil, bermutu, dan kompeten sesuai dengan kebutuhan dunia kerja yang terus berkembang.
Jumlah siswa atau lulusan pendidikan vokasi di Indonesia lebih banyak dari pada jumlah formasi di industri besar, maka pendidikan di Indonesia juga diarahkan pada kompetensi berwirausaha dan juga pemagangan di UMKM, ujar Deputi Warsito.
Warsito menambahkan, pendidikan di Indonesia kemudian juga diarahkan pada kompetensi berwirausaha dan juga pemagangan di UMKM yang digerakkan tidak hanya oleh kebijakan pusat, tetapi juga oleh Pemerintah Daerah dan Kadin Daerah.
“Kini, vokasi tidak hanya digerakkan oleh kebijakan pusat, tetapi juga oleh Pemerintah Daerah, dan Kadin Daerah. Salah satu yang menjadi poin pada transformasi ini adalah dengan mengubah pendekatan dari supply driven menjadi demand driven”, tambahnya.
Forum ini diharapkan dapat menjadi media diskusi untuk berbagi informasi terkait kondisi pendidikan vokasi dan pelatihan vokasi di perguruan tinggi Indonesia. Pelaku vokasi yang ada memahami regulasi yang ada sehingga bisa berperan aktif dalam revitalisasi pendidikan vokasi, sedangakan kebijakan dan regulasi di ilhami dari Jerman, dengan demikian, hendaknya pertemuan ini di tindak-lanjuti dengan Technische Universitaet Dresden khususnya serta negara Jerman secara umum. Kemenko PMK dan TKNV siap mengkoordinasikan serta memfasilitasi kerjasama yang akan dilaksanakan.
Deputi Warsito menginfokan, Kemenko PMK sendiri telah melakukan kunjungan kerja ke Kementerian Federal Jerman urusan Ekonomi dan Pembangunan (BMZ), mengunjungi IHK Christiani Learning Centre - Competence Centre di Berlin, Federal Institute for Vocational Education and Training/ Bundesinstitut fur Berufsbildung (BiBB) di Bonn, Competence Center di Koblenz pada bulan Oktober 2023. Pertemuan tersebut membahas berbagai isu tentang sistem Pendidikan vokasi dan pelatihan vokasi.
Dalam kesempatan sharing session tersebut, Prof. Thomas Koehler menyampaikan upaya-upaya Pemerintah Jerman dalam menyiapkan Pendidikan dan Pelatihan Vokasi pada generasi muda. Salah satunya adalah dengan menyiapkan angkatan kerja menjadi entrepreneur, memberikan peluang usaha dan memberikan literasi digital.
Koehler menyampaikan, bila pemerintah Indonesia ingin menyiapkan generasi muda angkatan kerja produktif, maka bukan hanya dalam hal pendidikan dan pelatihan vokasi saja yang harus dilakukan, tetapi membentuk generasi muda untuk berdikari, menjadi entrepeneur, dan membuka usaha-usaha rintisan seperti industri Start Up. Termasuk juga menyediakan lapangan kerja dan kesempatan yang mumpuni untuk para generasi muda.